Ada orang takut bila mendengar perkataan 'zuhud'. Kerana mungkin fikirnya ia perlu meninggalkan segala pekerjaannya, dan harta bendanya, lalu hidup dengan menahan diri dari segala-galanya. Namun, benarkah begitu? Nabi kita adalah sebaik-baik contoh....
Terlalu mudah bagi Rasulullah Saw untuk hidup sebagai seorang millioner, tapi itu tidak beliau lakukan. Rasulullah lebih memilih sebagai seorang yang zuhud.
Bukanlah seorang zuhud itu orang yang terhalang dari memperoleh gemerlap dunia, lalu mengatakan,“Sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagiku daripada dunia.” Dia tidak akan mengatakan seperti itu kecuali kerana ia tidak mampu untuk mencapai apa yang diinginkannya dari dunia. Demikian dikatakan Profesor Rawwas Qal’ah Jie dalam kitabnya, Dirasah Tahliliyah li Syakhsiyah ar-Rasul Muhammad.
Akan tetapi, lanjut Guru Besar sebuah Universitas di Quwait itu, orang zuhud itu sebenarnya adalah orang yang dianugerahi dunia sehingga hinggap di halaman rumahnya, lalu orang tersebut berkata pada dunia tersebut, “Wahai dunia, bujuklah orang yang selain aku, aku tidak memerlukanmu, sesungguhnya yang aku perlukan adalah pahala dari sisi Tuhanku.” Lalu orang tersebut pergi menggunakan dunia itu untuk meringankan beban orang yang menderita, memberi makan orang yang lapar dan fakir.
Inilah yang telah dinyatakan Rasulullah saw melalui sabdanya:
“Zuhud dari dunia itu bukanlah dengan cara mengharamkan yang halal atau menghilangkan harta. Akan tetapi, zuhud dari dunia itu adalah hendaknya apa yang ada di tangan Allah itu kamu lebih yakini daripada apa (dunia) yang ada di tangan kamu saat ini.”
Muhammad s.a.w telah dianugerahi dunia tetapi beliau malah meninggalkannya untuk memenuhi keperluan orang yang kekurangan kerana menginginkan pahala di sisi Allah di akhirat. Beliau dengan senang hati lebih memilih kefakiran sehingga dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Allah swt dan lebih mengutamakan Allah SWT daripada kelazatan kehidupan di dunia.
Bukankah Allah SWT telah menjadikan seperlima ghanimah (rampasan perang) sebagai bagian darinya, sebagaimana firman-Nya:
Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Anfal : 41)
Bukankah seperlima harta fai telah dianggarkan untuk beliau, sebagaimana firman-Nya:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (QS. Al Hasyr : 7)
Bukankah beliau pernah mengatakan kepada Aisyah ra, “Sesungguhnya aku telah ditawari (apakah aku menginginkan) kerikil-kerikil yang ada di Makkah dijadikan emas untukku. Maka aku katakan, ‘Tidak, wahai Tuhanku. Aku lebih menginginkan lapar sehari dan kenyang sehari.”
Prinsip Rasulullah saw dalam sikap zuhudnya adalah bahwa dunia ini merupakan tempat untuk menumpang lewat, bukan tempat tinggal sebenarnya. Manusia hanya melaluinya dalam perjalanan menuju akhirat. Jadi, siapa saja yang tertipu oleh dunia dan menganggapnya kekal maka sungguh ia telah salah duga. Kerana itu, tidaklah seorang nabi seperti Muhammad saw akan melakukan hal seperti itu (tertipu dunia).
Abdullah bin Mas’ud pernah bertutur:
Aku pernah mengunjungi Rasulullah saw, sementara beliau sedang tidur di atas pasir yang dihamparkan –atau tikar yang dijalin – yang meninggalkan bekas di punggungnya. Aku lalu berkata, “Wahai Rasulullah, andai saja kami mengambilkan untukmu alas tidur yang dapat diletakkan antara dirimu dan tikar itu, tentu ia akan menjagamu.”
Rasulullah bersabda:
“Tidaklah aku dan dunia ini melainkan aku seperti seorang pengendara (penunggang) yang bernaung di bawah sebuah pohon untuk beristirahat lalu pergi meninggalkannya.”
Demikianlah, Rasulullah Saw adalah seorang nabi yang zuhud, teladan sepanjang masa bagi umatnya dan kehadirannya adalah rahmat bagi sekalian alam. [shodiq ramadhan]
sumber: suaraIslamonline
No comments:
Post a Comment