Sunday, October 30, 2011

Nasihat Dari Imam Syafie

NASIHAT IMAM SYAFIE


PANDUAN BERSAHABAT

1.Sahabat Yang Baik

Aku mencintai sahabat-sahabatku dengan segenap jiwa ragaku, seakan-akan aku mencintai sanak saudaraku. Sahabat yang baik adalah yang sering sejalan denganku dan yang menjaga nama baikku ketika aku hidup ataupun setelah aku mati.

Aku selalu berharap mendapatkan sahabat sejati yang tak luntur baik dalam keadaan suka ataupun duka. Jika itu aku dapatkan, aku berjanji akan selalu setia padanya.

Kuhulurkan tangan kepada sahabat-sahabatku untuk berkenalan, kerana aku akan merasa senang. Semakin banyak aku perolehi sahabat, aku semakin percaya diri.


2.Mencari Sahabat Di Waktu Susah

Belum pernah kutemukan di dunia ini seorang sahabat yang setia dalam duka. Padahal hidupku sentiasa berputar-putar antara suka dan duka. Kalau suka melanda, aku sering bertanya…. Siapakah yang sudi menjadi sahabatku? Dikala aku senang, sudah biasa bahawa banyak orang yang akan iri hati, namun bila giliran aku susah merekapun bertepuk tangan.


3.Pasang-Surut Persahabatan

Aku dapat bergaul secara bebas dengan orang lain ketika nasibku sedang baik. Namun, ketika musibah menimpaku, kudapatkan mereka tak ubahnya roda zaman yang tak mahu bersahabat dengan keadaan. Jika aku menjauhkan diri dari mereka, mereka mencemuhkan dan jika aku sakit, tak seorangpun yang menjengukku. Jika hidupku berlumur kebahagiaan, banyak orang iri hati, jika hidupku berselimut derita mereka bersorak sorai.


4.Mengasingkan Diri Lebih Baik Daripada Bergaul Dengan Orang Jahat

Bila tak ketemukan sahabat-sahabat yang takwa, lebih baik aku hidup menyendiri daripada aku harus bergaul dengan orang-orang jahat.

Duduk sendirian untuk beribadah dengan tenang adalah lebih menyenangkanku daripada bersahabat dengan kawan yang mesti kuwaspada.


5.Sukarnya Sahabat Sejati

Tenanglah engkau dalam menghadapi perjalanan zaman ini. Dan bersikaplah seperti seorang paderi dalam menghadapi manusia. Cucilah kedua tanganmu dari zaman tersebut dan dari manusianya. Peliharalah cintamu terhadap mereka. Maka kelak kamu akan memperolehi kebaikannya.

Sepanjang usiaku yang semakin tua, belum pernah aku temukan di dunia ini sahabat yang sejati. Kutinggalkan orang-orang bodoh kerana banyak kejelekannya dan ku janji orang-orang mulia kerana kebaikannya sedikit.


6.Sahabat Sejati Di Waktu Susah

Kawan yang tak dapat dimanfaatkan ketika susah lebih mendekati musuh daripada sebagai kawan. Tidak ada yang abadi, dan tidak ada kawan yang sejati kecuali yang menolong ketika susah.

Sepanjang hidupku aku berjuang keras mencari sahabat sejati sehinggalah pencarianku melenakanku. Kukunjungi seribu negara, namun tak satu negarapun yang penduduknya berhati manusia.


7.Rosaknya Keperibadian Seseorang

Dalam diri manusia itu ada dua macam potensi tipuan dan rayuan. Dua hal itu seperti duri jika dipegang dan ibarat bunga jika dipandang. Apabila engkau memerlukan pertolongan mereka, bersikaplah bagai api yang dapat membakar duri-duri itu.


8.Menghormati Orang Lain

Barangsiapa menghormati orang lain, tentulah ia akan dihormati. Begitu juga barangsiapa menghina orang lain, tentulah ia akan dihinakan.

Barangsiapa berbuat baik kepada orang lain, baginya satu pahala. Begitu juga barangsiapa berbuat jahat kepada orang lain, baginya seksa yang dahsyat.


9.Menghadapi Musuh

Ketika aku menjadi pemaaf dan tak mempunyai rasa dengki, hatiku lega, jiwaku bebas dari bara permusuhan. Ketika musuhku lewat di hadapanku, aku sentiasa menghormatinya. Semua itu kulakukan agar aku dapat menjaga diriku dari kejahatan.

Aku tampakkan keramahanku, kesopananku dan rasa persahabatanku kepada orang-orang yang kubenci, sebagaimana ku tampakkan hal itu kepada orang-orang yang kucintai.

Manusia adalah penyakit dan penyakit itu akan muncul bila kita mendekati mereka. Padahal menjauhi manusia bererti memutuskan persahabatan.


10.Tipu Daya Manusia

Mudah-mudahan anjing-anjing itu dapat bersahabat denganku, kerana bagiku dunia ini sudah hampa dari manusia. Sehina-hinanya anjing, ia masih dapat menunjukkan jalan untuk majikannya yang tersesat, tidak seperti manusia-manusia jahat yang selamanya tak akan memberi petunjuk. Selamatkanlah dirimu, jaga lidahmu baik-baik, tentu kamu akan bahagia walaupun kamu terpaksa hidup sendiri.


11.Tempat Menggantungkan Harapan

Apabila engkau menginginkan kemuliaan orang-orang yang mulia, maka dekatilah orang yang sedang membangun rumah untuk Allah. Hanya orang yang berjiwa mulia yang dapat menjaga nama baik dirinya dan selalu menghormati tamunya, baik ketika hidup mahupun setelah mati.


12.Menjaga Nama Baik

Jika seseorang tak dapat menjaga nama baiknya kecuali dalam keadaan terpaksa, maka tinggalkanlah dia dan jangan bersikap belas kasihan kepadanya. Banyak orang lain yang dapat menjadi penggantinya. Berpisah dengannya bererti istirehat. Dalam hati masih ada kesabaran buat sang kekasih, meskipun memerlukan daya usaha yang keras.

Tak semua orang yang engkau cintai, mencintaimu dan sikap ramahmu kadangkala dibalas dengan sikap tak sopan. Jika cinta suci tak datang dari tabiatnya, maka tak ada gunanya cinta yang dibuat-buat.

Tidak baik bersahabat dengan pengkhianat kerana dia akan mencampakkan cinta setelah dicintai. Dia akan memungkiri jalinan cinta yang telah terbentuk dan akan menampakkan hal-hal yang kelmarin menjadi rahsia.

Selamat tinggal dunia jika diatasnya tidak lagi ada sahabat yang jujur dan menepati janji.

Saturday, October 29, 2011

Puisi Dari Isteri ku

Sebuah Puisi Sederhana – A Special Poem From my Lovely Wife



(Saat sang tercinta berucap, maka semua kata adalah kata-kata cinta yang mengalun lembut seperti angin berhembus, sebagaimana puisi cinta sang istriku tercinta berikut ini :)


Aku tak pandai berucap kata
Diriku juga tak cukup pintar menyampaikan maksud
Tak cakap pula menyerap makna
maafkan aku, sayang

seperti itulah yang selalu kukatakan
atas kesalahan demi kesalahan
Tidak apa-apa, sayang
Begitulah engkau berbisik lembut di telingaku
Fajar demi fajar

Terima kasih, kekasihku
Seperti itulah aku tersenyum padamu
atas kebahagiaan demi kebahagiaan
Engkau pantas mendapatkannya, cintaku
Begitulah engkau mengecup dahiku
Senja demi senja

Dan serasa ingin kubaktikan sepenuh jiwa ragaku
Mengucap nama-nama indahNya bersamamu
Pagi demi pagi

Serta ingin kuhabiskan seluruh hidupku
Sujud bersamamu di hadapan-Nya
Malam demi malam


(andry yarusman)

Wednesday, October 26, 2011

Sunnah Yg Sering Di Lupakan:





“Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu Allah dan hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Secara bahasa sunnah berarti jalan. Sedang menurut istilah ilmu fiqih yaitu suatu perbuatan yg berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Meskipun demikian sebagai realisasi cinta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kita

harus memposisikan perbuatan sunnah sejalan dgn ‘rekomendasi’ Allah “Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu Allah dan hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Ibnu Katsir berkata “Ayat ini adl dalil yg kuat utk meneladani Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam ucapan perbuatan dan sikap

beliau.” Meniru dan meneladani seseorang adl manifestasi cinta. Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu hingga lbh mencintai aku daripada orang tuanya anak-anaknya dan segenap manusia.” Karena itu pertanda seberapa besar cinta kita kepada Rasul Shallallahu Alaihi

Wasallam di antaranya dapat diukur dgn perhatian kita dalam meneladani tiap ucapan dan tindak tanduk beliau. Tapi ironinya krn merasa tak akan mendapat dosa umat Islam banyak yg meremehkan masalah-masalah sunnah. Alangkah baiknya kita mengikuti jejak Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma yg senantiasa berusaha menerapkan tiap apa yg ia

ketahui dari perbuatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hingga kini banyak masalah sunnah yg terlupakan bahkan diremehkan oleh umat. Adapun di antara sunnah-sunnah yg sering dilupakan dan diremehkan adl sbb.

PERTAMA Berkumur dan istinsyaq :

. Ketika berwudhu banyak orang yg tidak berkumur dan istinsyaq. Ada pula yg hanya berkumur tetapi tidak melakukan istinsyaq. Padahal dua-duanya merupakan sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Abdullah bin Zaid meriwayatkan tentang cara berwudhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam “berkumur dan istinsyaq dari satu telapak tangan. Beliau melakukan hal itu tiga kali.”


KEDUA Berwudhu sebelum mandi dari hadats besar.

Jarang orang memperhatikan tata cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan sunnah. Dalam benak mereka yg terpikir hanyalah bagaimana bisa menghilangkan hadats besar. Adapun menurut sunnah di antaranya adl mengawali mandi tersebut dgn berwudhu. Secara rinci cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan Rasul

Shallallahu Alaihi Wasallam dijelaskan dalam hadits Aisyah Radhiallahu Anha; “Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bila mandi dari jinabat memulai dgn mencuci kedua tapak tangannya lalu berwudhu sebagaimana wudhu utk shalat kemudian

memasukkan jari-jari beliau ke dalam air dan dengannya beliau menyelanyela akar rambutnya lalu menyiram kepalanya dgn tiga kali cidukan dari kedua tangannya lalu menyiram seluruh kulit .”


KETIGA Mendatangi shalat dgn tenang.

Bila iqomat telah dikumandangkan atau shalat jama’ah telah didirikan kita banyak menyaksikan orang-orang berlarian utk mendapatkan ruku’ bersama imam. Di samping jauh dari sunnah perbuatan itu mengakibatkan pelakunya tidak bisa khusyu’ dan mengganggu mereka yg sedang shalat. Untuk menanggulangi hal tersebut hendaknya kita

datang berjamaah lbh awal yg dgn begitu kita bisa melakukan perbuatan sunnah yg lain. Shalat sunnah qabliyah misalnya. Petunjuk cara mendatangi shalat berjamaah telah diberikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau bersabda “Bila

shalat telah didirikan jangan mendatanginya dgn tergesa-gesa tetapi datanglah dgn berjalan secara tenang. Apa yg kamu dapatkan maka shalatlah dan apa yg kamu ketinggalan darinya maka sempurnakanlah.”


KEEMPAT Shalat dgn memakai sutrah .

Shalat dgn memakai sutrah sering tidak diperhatikan khususnya ketika shalat sunnat. Hal ini tentu jauh dari sunnah. Dari Nafi’ bin Abdillah “bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menancapkan tombak kemudian beliau shalat di hadapannya.”


KELIMA Merapatkan bahu dgn bahu dan telapak kaki dgn telapak kaki dalam shaf shalat jama’ah.

Majoriti shaf-shaf di tiap shalat jama’ah di banyak masjid selalu kita dapati kekurangan. Misalnya tidak lurus atau kurang rapat. Yang lbh menyedih-kan ada orang yg marah bila diingatkan. Inilah potret kebodohan umat tentang sunnah. Padahal Anas Radhiallahu Anhu meriwayatkan bahwasanya Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda

“Luruskanlah barisan-barisan kalian sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku. Dan tiap orang dari kami merapatkan pundaknya dgn pundak kawannya dan telapak kakinya dgn telapak kaki kawannya.” . Hadits di atas menegaskan bagai-mana besarnya perhatian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam soal lurus dan rapatnya barisan shalat.


KEENAM Shalat malam/ tahajud.

Banyak orang mengeluh dirinya sulit sekali bangun malam. Memang benar bangun malam itu tidak mudah. Ia memerlukan usaha dan kesabaran. Untuk memudahkan bangun malam ikutilah nasehat-nasehat berikut ini:

Tinggalkan maksiat dan dosa! Sebab keduanya menghalangi manusia dari keta’atan.

Niatlah sungguh-sungguh utk bangun dan ikhlas krn Allah. Baik pula jika disertai do’a memohon diberi kekuatan bangun tengah malam.

Bersegera tidur. Berjaga malam hanya akan membuatmu terlambat bangun. Apalagi jika tiada manfaatnya. Sekedar berborak-borak misalnya. Bahkan hingga utk pekerjaan penting sekali-pun Anda harus membatasi waktunya.

Tidak makan terlalu banyak menjelang tidur. Makan banyak akan membuat orang malas beribadah.

Membaca do’a-do’a yg disun-nahkan ketika mau tidur.

Meletakkan alarm atau sejenisnya sehingga bisa bangun sesuai dgn waktu yg diinginkan.

Saudaraku usahakanlah selalu shalat malam. Mudah-mudahan do’a atau air matamu di sepertiga malam bisa menyelamatkanmu dari siksa Neraka. Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam ditanya “Shalat apakah yg paling utama setelah shalat fardhu ?” Beliau menjawab “Shalat di tengah malam.” Ia bertanya “Dan puasa apakah yg lbh utama setelah Ramadhan ?” Beliau menjawab “Puasa pada bulan Muharram.”


KETUJUH Memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur dan Neraka Jahannam ,dari fitnah kehi-dupan dan kematian fitnah Dajjal dan dari dosa serta hutang:

Mohon perlin-dungan tersebut diucapkan menjelang akhir do’a tasyahud dalam shalat. Urwah bin Zubair berkata Ai’syah Radhiallahu Anha mengabarinya bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam shalatnya berdo’a “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari azab kubur dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah Dajjal

dan aku berlindung kepadamu dari fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari dosa dan hutang.” Aisyah Radhiallahu Anha berkata “Seseorang kemudian bertanya kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam “Betapa sering engkau memohon perlindungan dari hutang wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Sesungguhnya orang yg berhutang itu bila berkata dusta dan bila berjanji mengkhianati.”

KELAPAN Berdo’a sebelum salam.

Abdullah bin Amr meriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq Radhiallahu Anhu bahwasanya beliau berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam “Ajarkanlah kepadaku do’a yg kupanjatkan dalam shalat.” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam menjawab “Ucapkanlah “Ya Allah sesungguhnya aku terlalu banyak menganiaya diriku

sendiri dan tidak ada yg mengampuni dosa-dosa selain Engkau maka ampunilah aku dari sisiMu dan sayangilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.” kemudian hendaknya ia memilih do’a yg disenanginya lalu berdo’a dengannya. Do’a ini dibaca setelah do’a mohon perlindungan selanjutnya kita membaca

do’a yg kita kehendaki. Alangkah baiknya kita membiasakan berdo’a pada waktu-waktu yg ditun-jukkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di waktu yg mustajab tersebut kita meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akherat.


KESEMBILAN Shalat sunat di rumah.

Banyak manfaat shalat sunat di rumah di antaranya:

Shalat sunat di rumah adl tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Melakukannya berarti menghidupkan dan meneladani sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ia lbh menjaga keikhlasan hati dari sikap riya’ dan ingin dipuji orang.
Shalat sunnah di rumah dgn sendirinya mengajarkan cara shalat yg benar kepada anggota keluarga terutama kepada isteri dan anak-anak.

Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Lakukanlah sebagian shalat-shalat mu di dalam rumah dan jangan jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan.” Aisyah Radhiallahu Anha berkata “Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat empat rakaat di rumahku sebelum shalat Zhuhur kemudian keluar dan shalat bersama para Sahabat. Kemudian masuk lalu shalat dua rakaat.

Beliau shalat Maghrib bersama para Sahabat kemudian masuk dan shalat dua rakaat. Beliau shalat Isya’ bersama para Sahabat kemudian masuk rumahku lalu shalat dua rakaat.” Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan sebagian besar shalat sunnahnya di dalam rumah. Terutama ba’diyah Maghrib. Tidak ada satu riwayatpun yg mengatakan bahwa beliau pernah melakukannya di dalam masjid.”


Rujukan utama Sunan Majhulah Abdul Ilah Abdurrahman Salamah.

Oleh Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Monday, October 24, 2011

Ingat 2 , Lupakan 2

Para ulama tasawuf menyatakan, seseorang yang ingin merasai kemanisan iman hendaklah berusaha MENGINGATKAN dua perkara berikut:

Kebaikan Orang kepada Kita

Kita hendaklah selalu mengingati kebaikan orang terhadap kita, sebagai contoh orang yang pernah menolong kita dengan nasihat, wang ringgit, tenaga dan sebagainya. Jika boleh, balaslah dengan budi yang setimpal atau lebih. Ini akan menyebabkan kita mudah menjadi orang yang pemaaf kerana merasakan kebaikan orang lain melebihi kesalahannya.

Lebih-lebih lagi nikmat Allah kepada kita perlu disyukuri, perlu selalu diingat dan disebut-sebut sebagai tanda kesyukuran dengan lidah dan hati.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (sebagai tanda bersyukur).” – Surah al-Dhuha 93:11)


Kesalahan Kita kepada Orang:

Hendaklah sentiasa ingat kesalahan kita terhadap orang lain agar terdorong kita meminta maaf. Inilah yang akan membuahkan kasih sayang sesama manusia kerana Allah. Berazamlah untuk tidak mengulangi kesalahan seperti itu lagi.

Lebih perlu kita mengingati dosa-dosa dan kederhakaan kita kepada Allah. Ini akan menimbulkan rasa insaf, takut, menyesal, yang akhirnya mendorong kita bertaubat kepada Allah. Ingatlah, dosa yang menyebabkan kita menangis lebih baik daripada kebaikan yang menimbulkan rasa takbur.




Ada dua lagi perkara yang penting buat kita, tetapi bukan untuk diingati, sebaliknya untuk DILUPAKAN, iaitu:

Kebaikan Kita Kepada Orang:

Jangan sekali-kali mengungkit-ungkit jasa dan kebaikan kita kepada orang lain. Hakikatnya kita hanya menjadi wasilah kepada nikmat Allah yang hendak diberikanNya kepada manusia lain. Sikap mengenang dan mengungkit kebaikan diri ini akan membatalkan amal. Jadi, apabila kita membuat kebaikan kepada orang lain, cuba rasakan seolah-olah kita tidak pernah berbuat baik kepadanya.

Kejahatan Orang Terhadap Kita:

Anggaplah seolah-olah tidak ada sesiapa yang bersalah dengan kita. Ini akan membantu kita mengawal rasa marah dan dendam. Kita hanya hamba Allah, bukan tuan lebih-lebih lagi Tuhan dalam kehidupan ini. Jadi, apabila hamba Allah yang lain melakukan kesalahan kepada kita anggaplah kita layak untuk disakiti kerana kita hanya hamba Allah.

Lebih-lebih lagi yang perlu kita lupakan adalah segala kesusahan, ujian, musibah atau malapetaka yang Allah timpakan. Sedarlah bahawa kesakitan, kematian, kerugian, kemalangan, kegagalan dan malapetaka alam seperti gempa bumi, banjir, kemarau, ribut taufan, tsunami, wabak penyakit, kemelesetan ekonomi dan sebagainya itu hanya mehnah daripada Allah untuk ‘memujuk’ manusia kembali kepadaNya.

Sunday, October 23, 2011

Santai Sebentar ...dengarkan...


Open Your Eyes
Album :
Munsyid : Maher Zain
http://liriknasyid.com



Look around yourselves
Can't you see this wonder
Spreaded in front of you
The clouds floating by
The skies are clear and blue
Planets in the orbits
The moon and the sun
Such perfect harmony

Let's start question in ourselves
Isn't this proof enough for us
Or are we so blind
To push it all aside..
No..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can't keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Look inside yourselves
Such a perfect order
Hiding in yourselves
Running in your veins
What about anger love and pain
And all the things you're feeling
Can you touch them with your hand?
So are they really there?

Lets start question in ourselves
Isn't this proof enough for us?
Or are we so blind
To push it all aside..?
No..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can't keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

When a baby's born
So helpless and weak
And you're watching him growing..
So why deny
Whats in front of your eyes
The biggest miracle of life..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look quiet we'll see the signs
We can't keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Open your eyes and hearts and minds
If you just look bright to see the signs
We can't keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Allah..
You created everything
We belong to You
Ya Robb we raise our hands
Forever we thank You..
الحمد الله
Alhamdulillah..

legend_nasyid(at)yahoo.com

------------------------------------------------------------------------------------------
Dapatkan lirik-lirik nasyid di http://www.liriknasyid.com
eXpresi PENYEGARAN diri

Dua Nikmat (Pemberian) Yg Sering Dilupakan:


Allah Ta’ala telah menciptakan manusia dan memberikan kenikmatan yang tidak terhingga. Manusia tidak akan mampu menghitungnya.

Allah berfirman:
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 16:18)

NIKMAT SIHAT:

Di antara kenikmatan Alloh yang sangat banyak adalah kesehatan. Kesehatan merupakan kenikmatan yang diakui setiap orang, memiliki nilai yang besar. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan hal ini dengan sabdanya:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya. (HR. Ibnu Majah, no: 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir, no: 5918)

Kita melihat kenyataan manusia yang rela mengeluarkan biaya yang besar untuk berobat, ini bukti nyata mahalnya kesehatan yang merupakan kenikmatan dari Allah Ta’ala.

Akan tetapi kebanyakan manusia lalai dari kenikmatan kesehatan ini, dia akan ingat jika kesehatan hilang darinya.

Diriwayatkan bahwa seseorang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan kesusahannya kepada seorang ‘alim. Maka orang ‘alim itu berkata: “Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”, dia menjawab: “Tidak”. Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”, dia menjawab: “Tidak”. Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?”, dia menjawab: “Tidak”. Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”, dia menjawab: “Tidak”. Orang ‘alim itu berkata: “Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu (Allah k ) sedangkan Dia memiliki harta 50 ribu dinar padamu”. (Lihat: Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm: 366)

DUA KENIKMATAN, BANYAK MANUSIA TERTIPU:

Oleh karena itulah seorang hamba hendaklah selalu mengingat-ingat kenikmatan Allah yang berupa kesehatan, kemudian bersyukur kepadaNya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepadaNya. Jangan sampai menjadi orang yang rugi, sebagaimana hadits di bawah ini:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ (خ 5933)

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari, no: 5933)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Kenikmatan adalah keadaan yang baik, ada yang mengatakan kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain”. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, penjelasan hadits no: 5933)

Kata “maghbuun” secara bahasa artinya tertipu di dalam jual-beli, atau lemah fikiran.

Al-Jauhari rahimahullah: “Berdasarkan ini, kedua (makna itu) boleh dipakai di dalam hadits ini. Karena sesungguhnya orang yang tidak menggunakan kesehatan dan waktu luang di dalam apa yang seharusnya, dia telah tertipu, karena dia telah menjual keduanya dengan murah, dan fikirannya tentang hal itu tidaklah terpuji”. (Fathul Bari)

Ibnu Baththaal rahimahullah berkata: “Makna hadits ini bahwa seseorang tidaklah menjadi orang yang longgar (punya waktu luang) sehingga dia tercukupi (keperluannya) dan sehat badannya. Barangsiapa yang dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia berusaha agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Allah terhadap nikmat yang telah Dia berikan kepadanya. Dan termasuk syukur kepada Allah adalah melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Barangsiapa melalaikan hal itu maka dia adalah orang yang tertipu”. (Fathul Bari)
Kemudian sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di atas “kebanyakan manusia tertipu pada keduanya” ini mengisyaratkan bahwa orang yang mendapatkan taufiq (bimbingan) untuk itu, orangnya sedikit.

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Kadang-kadang manusia itu sehat, tetapi dia tidak longgar, karena kesibukannya dengan penghidupan. Dan kadang-kadang manusia itu cukup (keperluannya), tetapi dia tidak sehat. Maka jika keduanya terkumpul, lalu dia dikalahkan oleh kemalasan melakukan kataatan, maka dia adalah orang yang tertipu. Kesempurnaan itu adalah bahwa dunia merupakan ladang akhirat, di dunia ini terdapat perdagangan yang keuntungannya akan nampak di akhirat.

Maka barangsiapa menggunakan waktu luangnya dan kesehatannya di dalam ketaatan kepada Allah, maka dia adalah orang yang patut diirikan. Dan barangsiapa menggunakan keduanya di dalam maksiat kepada Allah, maka dia adalah orang yang tertipu. Karena waktu luang akan diikuti oleh kesibukan, dan kesehatan akan diikuti oleh sakit, jika tidak terjadi maka masa tua (pikun).

Sebagaimana dikatakan orang “Panjangnya keselamatan (kesehatan) dan tetap tinggal (di dunia) menyenangkan pemuda. Namun bagaimanakah engkau lihat panjangnya keselamatan (kesehatan) akan berbuat? Akan mengembalikan seorang pemuda menjadi kesusahan jika menginginkan berdiri dan mengangkat (barang), setelah (sebelumnya di waktu muda) tegak dan sehat”. (Fathul Bari)

Ath-Thayyibi rahimahullah berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membuat gambaran bagi mukallaf (orang yang berakal dan dewasa) dengan seorang pedagang yang memiliki modal. Pedagang tersebut mencari keuntungan dengan keselamatan modalnya. Maka caranya dalam hal itu adalah dia memilih orang yang akan dia ajak berdagang, dia selalu menetapi kejujuran dan kecerdikan agar tidak merugi. Kesehatan dan waktu luang adalah modal, seharusnya dia (mukallaf) berdagang dengan Allah dengan keimanan, berjuang menundukkan hawa-nafsu dan usuh agama, agar dia mendapatkan keberuntungan kebaikan dunia dan akhirat. Hal ini seperti firman Allah:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (QS. 61:10) dan ayat-ayat berikutnya.

Berdasarkan itu dia wajib menjauhi ketatan kepada hawa-nafsu dan berdagang / kerja-sama dengan setan agar modalnya tidak sia-sia bersama keuntungannya.

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits tersebut “kebanyakan manusia tertipu pada keduanya” seperti firman Allah:

وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih. (QS. 34:13)
“Kebanyakan” di dalam hadits itu sejajar dengan “sedikit” di dalam ayat tersebut”. (Fathul Bari)

Al-Qadhi Abu Bakar bin Al-‘Arabi t berkata: “Diperselisihkan tentang kenikmatan Allah yang pertama (yakni yang terbesar) atas hamba. Ada yang mengatakan “keimanan”, ada yang mengatakan “kehidupan”, ada yang mengatakan “kesehatan”. Yang pertama (yaitu keimanan) lebih utama, karena hal itu kenikmatan yang mutlak (menyeluruh). Adapun kehidupan dan kesehatan, maka keduanya adalah kenikmatan duniawi, dan tidak menjadi kenikmatan yang sebenarnya kecuali jika disertai oleh keimanan. Dan di waktu itulah banyak manusia yang merugi, yakni keuntungan mereka hilang atau berkurang. Barangsiapa mengikuti hawa-nafsunya yang banyak memerintahkan keburukan, selalu mengajak rileks, sehingga dia meninggalkan batas-batas (Allah) dan meninggalkan menekuni ketaatan, maka dia telah merugi. Demikian juga jika dia lonnggar, karena orang yang sibuk kemungkinan memiliki alasan, berbeda dengan orang yang longgar, maka alasan hilang darinya dan hujjah (argumen) tegak atasnya”. (Fathul Bari)
(longgar=lapang)

Maka sepantasnya hamba yang berakal bersegera beramal shalih selama kesempatan masih ada. Hanya Alloh Tempat memohon pertolongan.

Penulis: Ustadz Muslim Atsari

Saturday, October 22, 2011

Hak-hak Muslim


Etika terhadap Muslim lainnya dan Hak-Hak Muslim atas Dirinya:


Orang Muslim meyakini hahwa saudara seagamanya mempunyai hak-hak, dan etika-etika yang harus ia terapkan terhadapnya, kemudian ia melaksanakannya kepada saudara seagamanya, karena ia berkeyakinan bahwa itu adalah ibadah kepada Allah Ta'ala, dan upaya pendekatan kepada-Nya.

Hak-hak dan etika-etika ini diwajibkan Allah Ta‘ala kepada orang Muslim agar ia mengerjakannya kepada saudara seagamanya. Jadi, menunaikan hak-hak tersebut adalah ketaatan kepada Allah Ta‘ala dan upaya pendekatan kepada-Nya tanpa diragukan sedikit pun.

Di antara hak-hak, dan etika-etika tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ia mengucapkan salam jika ia bertemu dengannya sebelum ia berbicara dengannya dengan mengatakan, "As-Salamu'alaikum wa Rahmatullah", berjabat tangan dengannya, dan menjawab salamnya dengan berkata, "Wa‘alaikumus salam wa rahmatullah wa barakatuhu".

Orang Muslim melakukan itu semua, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Apabila kamu diberi salam dengan ucapan salam, maka balaslah salam tersebut dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa)." (An-Nisa': 86).

Sabda Rasulullah saw.,

"Orang yang berada di atas kendaraan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan kaki, orang yang berjalan mengucapkan salam kepada orang yang duduk, dan orang yang sedikit mengucapkan salam kepada orang yang banyak." (Muttafaq Alaih).

"Sesungguhnya para malaikat heran kepada seorang Muslim yang berjalan melewati seorang Muslim lainnya, namun ia tidak mengucapkan salam kepadanya."

"Ucapkan salam kepada orang yang engkau kenal, dan orang yang tidak engkau kenal." (Muttafaq Alaih).

"Tidaklah dua orang Muslim kemudian keduanya berjabat tangan, melainkan keduanya diampuni sebelum keduanya berpisah." (Diriwayatkan Abu Daud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi).

"Barangsiapa memulai pembicaraan sebelum mengucapkan salam, maka janganlah kalian menggubris pembicaraannya hingga ia mengucapkan salam." (Diriwayatkan Ath-Thabrani, dan Abu Nu'aim).

2. Jika ia bersin dan membaca "alhamdulillah", maka ia mendoakannya dengan berkata, "yarmukallahu" (mudah-mudahan Allah merahmatimu), kemudian orang yang bersin berkata, "yaghfirullahu lii wa laka" (semoga Allah memberi ampunan kepadaku dan kepadamu, atau ia berkata, "yahdikumullahu wa yushlihu baalakum" (semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki hatimu), karena Rasulullah saw. bersabda,

"Jika salah seorang dan kalian bersin, maka hendaklah ia berkata, ‘Segala puji bagi Allah', dan hendaklah saudaranya mengatakan padanya, ‘Semoga Allah merahmatimu', dan jika saudaranya telah mengatakan, ‘Semoga Allah merahmatimu', maka hendaklah orang yang bersin berkata, ‘Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki hatimu'." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Abu Hurairah ra berkata, "Jika Rasulullah SAW. bersin, beliau meletakkan tangannya, atau pakaiannya di mulutnya, dan merendahkan suaranya." (Muttafaq Alaih).

3. Menjenguknya jika ia sakit dan mendoakan kesembuhan untuknya, karena sabda-sabda Rasulullah saw. berikut:

"Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ialah lima: Menjawab ucapan salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin." (Muttafaq Alaih).

Al-Barra' bin Azib ra berkata, "Rasulullah saw. memerintahkan kita menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, mendoakan orang yang bersin, membebaskan orang yang bersumpah, menolong orang yang tertindas, memenuhi undangan, dan menebarkan salam." (Diriwayatkan A1-Bukhari).

"Jenguklah orang sakit, berilah makan orang yang lapar, dan bebaskan para tawanan." (Muttafaq Alaih).

Aisyah ra berkata, "Rasulullah SAW. menjenguk sebagian keluarganya, kemudian beliau mengusap dengan tangan kanannya, sambil berkata, ‘Ya Allah Tuhan manusia, hilangkan musibah, dan sembuhkanlah karena Engkau Maha Penyembuh. Tidak ada penyembuhan kecuali penyembuhan-Mu dengan penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit'." (Muttafaq Alaih).

4. Menyaksikan jenazah tetangganya jika meninggal dunia, karena Rasulullah saw. bersabda,

"Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya adalah lima: Menjawab salamnya, menjenguk orang sakit, mengantar jenazahnya, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin." (Muttafaq Alaih).

5. Membebaskan sumpah tetangganya jika telah bersumpah terhadap sesuatu dan ia tidak dilarang melakukannya, kemudian ia mengerjakan apa yang disumpahkan tetangganya itu untuknya agar tetangganya tidak berdosa dalam sumpahnya, karena hadits Al-Barra' bin Azib yang berkata, "Rasulullah saw. memerintahkan kita menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, mendoakan orang yang bersin, membebaskan orang yang bersumpah, menolong orang yang tertindas, memenuhi undangan, dan menebarkan salam." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

6. Menasihatinya jika ia meminta nasihat kepadanya dalam satu persoalan dengan menjelaskan apa yang ia pandang baik dalam hal tersebut berdasarkan dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Jika salah seorang meminta nasihat kepada saudaranya, hendaklah saudaranya tersebut memberinya nasihat." (Al-Bukhari).

"Agama adalah nasihat." Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Untuk siapa saja?" Rasulullah saw. bersabda, "Untuk Allah, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin kaum Muslimin, dan seluruh kaum Muslimin." (Diriwayatkan Muslim).

7. Mencintai untuknya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, dan membenci untuknya apa yang ia benci untuk dirinya sendiri, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Salah seorang dan kalian tidak beriman hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri dan membenci untuk saudaranya apa yang ia benci untuk dirinya sendiri." (Muttafaq Alaih).

"Perumpamaan kaum Mukminin dalam kecintaan mereka, kasih sayang mereka, dan keakraban mereka seperti satu badan. Jika salah satu anggota badan sakit, maka untuknya seluruh anggota badan tidak bisa tidur, dan demam." (Muttafaq Alaih).

"Orang bagi orang Mukmin lainnya adalah seperti bangunan dimana sebagiannya menguatkan sebagian yang lain." (Muttafaq Alaih).

8. Menolong dan tidak menelantarkannya kapan saja ia membutuhkan pertolongan, dan dukungan, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Tolonglah saudaramu, ia zhalim atau zhalimi", Rasulullah saw. ditanya tentang cara menolong orang yang zhalim, maka beliau bersabda, "Engkau melarangnya berbuat zhalim, dan menghentikan perbuatannya. Itulah pertolonganmu terhadapnya." (Muttafaq Alaih).

"Orang Muslim adalah saudara Muslim lainnya. ia tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh menelantarkannya, dan tidak boleh menghinanya." (Diriwayatkan Muslim).

"Tidaklah orang Muslim menolong orang Muslim lainnya di tempat di mana di dalamnya kehormatannya dilecehkan, dan keharamannya dihalalkan, melainkan Allah menolongnya di tempat ia senang ditolong di dalamnya. Tidaklah seorang Muslim menelantarkan (tidak menolong) orang Muslim lainnya di tempat di mana di dalamnya kehormatannya dilecehkan, melainkan ia ditelantarkan Allah di tempat ia senang ditolong di dalamnya." (Diriwayatkan Ahmad).

"Barangsiapa melindungi kehormatan saudaranya, maka Allah melindungi wajahnya dari neraka pada hari kiamat."

9. Tidak menimpakan keburukan kepadanya, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Seorang Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya." (Diriwayatkan Muslim).

"Orang Muslim tidak halal menakut-nakuti orang Muslim lainnya." (Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud).

"Orang Muslim tidak halal melihat orang Muslim lainnya dengan pandangan yang menyakitinya." (Diriwayatkan Ahmad).

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai gangguan terhadap kaum Mukminin." (Diriwayatkan Ahmad).

"Orang Muslim ialah orang yang di mana kaum Muslimin yang lain selamat dari (gangguan) lisannya, dan tangannya." (Muttafaq Alaih).

"Orang Mukmin ialah orang yang di mana kaum Mukminin merasa aman terhadap jiwa mereka, dan harta mereka." (Diriwayatkan Ahmad, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim. Hadits ini shahih).

10. Rendah hati, tidak sombong terhadapnya, dan tidak menyuruh berdiri dari kursinya agar ia bisa duduk di atasnya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta'ala,

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Luqman: 18).

Sabda Rasulullah saw.,

"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadlu, hingga salah seorang dan kalian tidak sombong terhadap yang lain." (Diriwayatkan Abu Daud dan lbnu Majah. Hadits ini shahih)

"Tidaklah seseorang tawadlu (rendah hati) karena Allah, melainkan Allah Ta‘ala mengangkat derajatnya."

Rasulullah saw. bersikap tawadlu' kepada semua orang Muslim dalam kapasitasnya sebagai pemimpin para rasul, tidak bersikap kasar, tidak malu berjalan dengan wanita-wanita janda dan orang-orang miskin, dan memenuhi kebutuhan mereka, hingga beliau bersabda,

"Ya Allah, hidupkan aku dalam keadaan miskin, matikan aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkan aku bersama rombongan orang-orang miskin." (Diriwayatkan Ibnu Majah dan Al-Hakim).

"Janganlah salah seorang dari kalian menyuruh seseorang berdiri dari kursinya kemudian ia duduk di atasnya, namun hendaklah kalian memperluas diri, dan melapangkan diri." (Muttafaq Alaih).

11. Tidak mendiamkannya lebih dan tiga hari, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Orang Muslim tidak halal mendiamkan saudaranya lebih dari tiqa hari. Keduanya bertemu, salah satunya berpaling dan orang satunya juga berpaling. Orang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam." (Muttafaq Alaih).

"Dan janganlah kalian saling membelakangi, dan jadilah kalian hai hamba-hamba Allah sebagai saudara-saudara." (Diriwayatkan Muslim).

Membelakangi ialah sikap saling mendiamkan, seorang Muslim memberikan pantatnya kepada orang lain, dan berpaling daripadanya.

12. Tidak menggunjingnya, tidak menghinanya, tidak mencacinya, tidak melecehkannya, tidak menggelarinya dengan gelar yang tidak baik, dan tidak mengembangkan pembicaraannya untuk merusaknya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya." (Al-Hujuraat: 12).

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok,) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok,) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kalian mencela diri kalian sendiri dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang orang yang zhalim." (Al-Hujuraat: 13).

Sabda Rasulullah saw.,

"Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan menggunjing?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Rasulullah saw. bersabda, "Engkau menyebut tentang saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukainya." Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Bagaimana jika apa yang aku katakan ada pada saudaraku tersebut?" Rasulullah saw. bersabda, "Jika apa yang engkau katakan ada padanya, engkau telah menggunjingnya. Jika apa yang engkau katakan tidak padanya, engkau telah membuat kebohongan terhadapnya." (Diriwayatkan Muslim)

Sabda Rasulullah saw. di haji Wada', "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian." (Diriwayatkan Muslim).

"Setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya." (Diriwayatkan Muslim).

"Cukuplah kesalahan bagi seseorang jika ia menghina saudara Muslimnya." (Muttafaq Alaih).

"Para pengadu domba tidak masuk surga."

13. Tidak mencacinya tanpa alasan, sama ada ia masih hidup atau telah meniggal dunia, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Mencaci seorang Muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekafiran." (Muttafaq Alaih).

"Janganlah seseorang menuduh orang lain fasik atau kafir, melainkan tuduhan tersebut kembali kepadanya jika sahabat yang ia tuduh tidak seperti yang ia tuduhkan." (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad).

"Jangan kalian menghina orang-orang yang telah meninggal dunia, karena mereka telah sampai pada apa yang mereka persembahkan (amalkan)." (Muttafaq Alaih).

"Di antara dosa-dosa besar ialah seseorang mencaci kedua orang tua kandungnya." Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Apakah ada orang yang mencaci kedua orang tua kandungnya?" Rasulullah saw. bersabda, "Ya ada, seseorang mencaci ayah orang lain, kemuclian orang lain tersebut mencaci ayah-ibu orang tersebut." (Muttafaq Alaih).

14. Ia tidak dengki kepadanya, atau berprasangka buruk terhadapnya, atau membuatnya marah, atau mencari-cari kesalahan-kesalahannya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain." (Al-Hujuraat: 12).

Sabda Rasulullah saw.,

"Janganlah kalian saling dengki, saling membenci, saling mencari-cari kesalahan, dan dan bersaing dalam penawaran, namun jadilah kalian sebagai saudara wahai hamba-hamba Allah." (Diriwayatkan Muslim)

"Tinggalkan oleh kalian buruk sangka, karena buruk sangka adalah perkataan yang paling dusta." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

15. Tidak menipunya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta ‘ala,

"Dan orang-orang yang menyakiti laki-laki Mukmin dan wanita wanita Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (Al-Ahzab: 58).

"Dan barangsiapa mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata." (An-Nisa': 112).

Sabda Rasulullah saw.,

"Barangsiapa mengangkat senjata kepada kami dan menipu kami, maka ia bukan golongan kami." (Diriwayatkan Muslim).

"Barangsiapa menjual hendaklah ia berkata, ‘tidak ada tipuan'." (Muttafaq Alaih).

"Tidaklah seorang hamba yang diberi amanat memimpin rakyat oleh Allah kemudian meninggal dunia dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga baginya." (Muttafaq Alaih).

"Barangsiapa merusak (menipu) istri orang lain, atau budaknya, ia bukan termasuk golongan kami." (Diriwayatkan Abu Daud).

16. Tidak mengkhianatinya, atau mendustakannya, atau menunda pembayaran hutangnya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu." (Al-Maidah: 1).

"Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji." (Al-Baqarah: 177)

"Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya." (Al-Isra': 34).

Sabda Rasulullah saw.,

"Empat hal, barangsiapa keempat hal tersebut ada padanya, ia termasuk orang munafik tulen, dan barangsiapa salah satu dari keempat hal tersebut ada padanya maka pada dirinya terdapat sifat kemunafikan hingga ia meninggalkan sifat tersebut. (Keempat hal tersebut,) ialah jika ia diberi amanah, ia mengkhianati amanah tersebut. Jika ia berkata, ia bohong. Jika ia berjanji, ia mengingkari. Dan jika ia bertengkar, ia berbuat jahat." (Muttafaq Alaih).

"Allah Ta‘ala berfirman, ‘Aku menjadi musuh bagi tiga orang pada hari kiamat, orang yang membeli sesuatu dengan-Ku kemudian ia berkhianat, orang yang menjual orang merdeka kemudian memakan hasilnya, dan orang yang menyewa buruh kemudian buruh tersebut bekerja dengan baik untuknya, namun ia tidak memberinya upah'." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

"Penundaan pembayaran hutang oleh orang kaya adalah kedzaliman. Jika salah seorang dari kalian disuruh menagih orang kaya yang menunda pembayaran hutangnya, maka tagihlah." (Muttafaq Alaih).

17. Mempergaulinya dengan akhlak yang baik dengan memberikan kebaikan kepadanya, tidak menyakitinya, menampakkan wajah yang berseri-seri ketika bertemu dengannya, menerima kebaikan darinya. memaafkan kesalahannya, tidak membebaninya dengan sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak rnenuntut ilmu dari orang bodoh, dan tidak meminta penjelasan dan orang yang tidak mempunyai penjelasan, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma‘ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh." (Al-A'raaf: 199).

Sabda Rasulullah saw.,

"Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik." (Diriwayatkan Al-Hakim dan At-Tirmidzi yang meng-hasan-kannya).

18. Hormat kepadanya jika ia dewasa (tua), dan menyayanginya jika ia masih kecil, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak hormat terhadap orang tua kita, dan tidak menyayangi anak-anak kecil kita." (Diriwayatkan Abu Daud, dan At-Tirmidzi yang meng-hasan-kannya).

"Di antara pengagungan kepada Allah ialah memuliakan orang tua Muslim." (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad yang baik).

"Mulailah dengan orang tua, dan mulailah dengan orang tua."

Jika anak kecil dibawa ke hadapan Rasulullah saw. beliau doakan, dan beliau beri nama, maka beliau mendudukkannya di atas pangkuannya, dan terkadang anak kecil tersebut mengencingi beliau.

Diriwayatkan bahwa jika Rasulullah saw. tiba dari perjalanan, maka beliau disambut anak-anak, kemudian beliau berdiri di depan mereka, memerintahkan mereka diangkat kepada beliau, kemudian sebagian anak-anak tersebut berada di depan beliau, dan di belakang beliau. Beliau juga memerintahkan sahabat-sahabatnya menggendong sebagian anak-anak kecil sebagai ungkapan kasih sayang terhadap anak-anak kecil.

19. Memposisikannya seperti dirinya, dan memperlakukannya dengan perlakuan yang ia sukai untuk dirinya sendiri, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Seseorang tidak bisa menyempumakan imannya hingga terkumpul pada dirinya tiga hal: Berinfak dari kekikiran, adil, dan memberikan ucapan salam." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

"Barangsiapa ingin dijauhkan dan neraka dan masuk surga, hendaklah ia mati dalam keadaan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan hendaklah ia menemui manusia dengan membawa sesuatu yang ia sendiri senang jika diberi sesuatu tersebut." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

20. Memaafkan kesalahannya, menutup auratnya, dan tidak memaksa diri mendengarkan pembicaraan yang ia rahasiakan, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Al-Maidah: 13).

"Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula)." (Al-Baqarah: 178).

"Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (Asy-Syura: 40)

"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian?" (An-Nuur: 22).

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat." (An-Nuur: 19).

Sabda Rasulullah saw.,

"Allah tidak menambahkan pada orang yang memaafkan, melainkan kemuliaannya." (Diriwayatkan Muslim).

"Hendaklah engkau memaafkan orang yang menzhalimimu."

"Tidaklah seorang hamba menutup aurat hamba lainnya, melainkan Allah menutup auratnya pada hari kiamat." (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi yang meng-hasan-kannya).

"Hai semua orang-orang yang beriman dengan lisannya, dan iman tidak masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian menggunjing kaum Muslimin, dan jangan membuka aurat mereka, karena barang siapa membuka aurat saudara Muslimnya maka Allah membuka auratnya dan menjelek-jelekkannya kendati ia berada di tengah rumahnya." (Diriwayatkan Abu Daud dan Ahmad).

"Barangsiapa mendengar informasi satu kaum yang tidak menginginkan pembicaraannya didengar orang lain, maka telinganya diberi timah yang meleleh pada hari kiamat." (Diriwayatkan Al Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

21. Membantunya jika ia membutuhkan bantuannya, dan membantu memenuhi kebutuhannya kendati ia sudah mampu memenuhinya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta ‘ala,

"Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa." (Al-Maidah: 2).

"Barangsiapa memberikan syafa‘at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) daripanya." (An-Nisa': 85).

Sabda Rasulullah saw.,

"Barangsiapa menghilangkan salah satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin maka Allah menghilangkan salah satu kesusahan hari kiamat darinya, barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan maka Allah memberi kemudahan padanya di dunia dan akhirat, dan barangsiapa menutup aurat seorang Muslim maka Allah menutup auratnya di dunia dan akhirat. Allah menolong hamba-Nya, selagi hamba tersebut menolong saudara-nya." (Diriwayatkan Muslim).

"Berilah pertolongan niscaya kalian diberi pahala dan Allah memutuskan melalui lisan Nabi-Nya sesuai dengan yang diinginkannya." (Muttafaq Alaih).

22. Melindunginya jika ia meminta perlindungan dengan Allah Ta'ala, memberinya jika ia meminta dengan-Nya, membalas kebaikannya, dan mendoakannya, karena Rasulullah saw. bersabda,

"Barangsiapa meminta perlindungan kalian dengan Allah, hendaklah kalian melindunginya. Barangsiapa meminta kalian dengan Allah, hendaklah kalian memberinya. Barangsiapa mengundang kalian, hendaklah kalian memenuhi undangannya. Dan barangsiapa berbuat baik kepada kalian, hendaklah kalian membalasnya. Jika kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, maka doakan dia, hingga seolah-olah kalian telah merasa telah memberi balas jasa kepadanya."

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 152-168