Saturday, January 19, 2013

BASHAR ASSAD TINGGAL DI KAPAL PERANG....




Damaskus (SI ONLINE) -
Presiden Syria, Bashar Al Assad, dan keluarganya dikhabarkan telah tinggal di sebuah kapal perang yang dijaga Angkatan Laut Rusia. Demikian kata sejumlah laporan. Diktator yang dimusuhi itu dikatakan telah pindah bersama keluarganya dan sekelompok pembantu pilihan ke kapal perang di luar pantai Syria.

Langkah itu dikatakan terjadi setelah Assad kehilangan kepercayaan atas tentara keamanannya sendiri. Assad dilaporkan telah diangkut dengan helikopter ke Damaskus untuk menghadiri pertemuan di istana kepresidenan. Demikian dipetik Kompas.com.

Sumber-sumber intelijen mengatakan kepada harian Saudi, Al-Watan, Assad dilindungi Rusia. Menurut sumber-sumber itu, kata Al-Watan, ketakutan Assad akan kemajuan oposisi di Damaskus menjadi salah satu alasan mengapa dia pindah ke kapal perang.

Posisinya itu juga diduga demi memungkinkan evakuasi cepat ke Moscow  jika memang diperlukan. Rusia tetap menjadi sekutu rejim itu sejak pemberontakan rakyat pecah pada March 2011. Hingga saat ini, berdasarkan perkiraan PBB, lebih dari 60,000 orang terbunuh dalam konflik di negara itu.

Rusia juga mendukung pidato Assad minggu  lalu, saat dia menawarkan solusi untuk mengakhiri krisis, yaitu dengan menyerukan piliharaya nasional dan membentuk pemerintahan baru. Dalam pidato publik pertamanya selama enam bulan terakhir, Assad mendesak rakyat Syria untuk bergabung dalam "perang membela bangsa".

Pidato pembangkangannya itu berlangsung selama satu jam dan mendapat sambutan dari para loyalis di gedung opera di ibu kota Damaskus. Saat itu Assad menegaskan  apa yang dia klaim sebuah inisiatif perdamaian untuk mengakhiri pemberontakan terhadap pemerintahannya.

Namun, dia menyatakan tidak akan berbicara dengan orang-orang yang disebutnya sebagai ekstremis "yang hanya mengerti bahasa terorisme" atau "boneka" Barat.

Tidak berubah

Rusia sendiri pertengahan Disember lalu, untuk pertama kalinya secara terbuka mengakui bahwa Presiden Syria, Bashar al Assad, menghadapi kekalahan melawan pemberontak. Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov, dalam pertemuan di lembaga penasihat Kremlin.

Dia mengatakan, Pemerintah Syria kehilangan kontrol ke atas wilayah demi wilayah, dan kemenangan oposisi tidak boleh dikesampingkan.

"Mengenai persiapan kemenangan bagi oposisi, tentu hal itu tidak boleh  dikesampingkan," kata Mikhail Bogdanov seperti dikutip pejabat  berita ITAR-TASS.

"Kita harus melihat kenyataan yang ada. Rejim pemerintah kehilangan kontrol atas wilayah demi wilayah di sebagian besar wilayah di negara itu," tambahnya.

Pada saat yang sama, Bogdanov menegaskan kembali seruan Rusia agar dicapai kompromi dengan mengatakan diperlukan waktu lama bagi oposisi untuk mengalahkan rejim, dan situasi itu akan menelan banyak korban.

"Pertempuran akan semakin sengit dan akan ada puluhan ribu, bahkan ratusan ribu korban nyawa," kata wakil menteri luar negeri.

Namun, Mikhail Bogdanov tidak mengeluarkan signal  bahwa Rusia boleh  mengubah pendirian dan berhenti memblokir boikot internasional terhadap Pemerintah Syria.

Wartawan BBC di Moskow, Steven Rosenberg, melaporkan posisi resmi Rusia terhadap sekutu pentingnya sejauh ini tidak berubah. "Rusia tetap berpendapat bahwa pengusiran  Presiden Assad akan memperdalam konflik," ujar Rosenberg.

Meskipun posisi Rusia belum berubah, wakil Menteri Luar Bogdanov mengatakan, Pemerintahan Rusia sedang merancang rencana aksi untuk mengevakuasi warganya di Syria  bila diperlukan.

Menurutnya, majoriti  warga Rusia di Syria adalah perempuan Rusia yang menikah dengan lelaki  Syria dan anak-anak mereka. Sampai saat ini belum ada rencana memulangkan para diplomat dan keluarga mereka.


red: shodiq ramadhan
sumber: wartakotalive.com

No comments:

Post a Comment