Saturday, September 8, 2012

Islamnya Lauren Booth, Ipar Tony Blair....

Adik Ipar Tony Blair
Lauren Booth
 



Barang kali antum sekalian sudah tau dengan perkhabaran seorang ipar dari  mantan perdana menteri Inggeris,  Tony Blair ,iaitu Lauren Booth yang sudah menjadi muslimah, namun bagaimana proses muallafnya Lauren Booth dan itulah yang akan kita beritakan disini.

Khabarnya belum sebulan ia menjadi seorang muallaf yang membuat gegar  bangsa Inggeris serta kalangan Muslim sendiri, diberitakan bahwa Lauren Booth kembali diterpa isu bahwa ia menganut Islam Syi’ah garis keras yang dituding berdasarkan diketika  Lauren Booth melakukan perjalanan ke Iran dan mengatakan saat berada disanalah ia menjadi seorang muslim.

Setelah keislamannya juga banyak orang yang beranggapan bahwa dia menjadi seorang muslim hanyalah untuk mencari populariti atau untuk mencari perhatian publik sahaja.

Namun untuk menepis semua tuduhan – tuduhan itu, Lauren Booth malah menulis sepucuk  surat secara umum kepada publik tentang rasa syukurnya menjadi seorang muslimah yang kemudian suratnya tersebut pun dimuat dalam  harian Daily Mail tak berapa lama setelah surat tersebut ditulis. Surat tersebut terdiri dari beberapa bahagian, dan berikut adalah kutipan bahagian ke-2 dari isi surat tersebut :

Bagaimana tentang perjalanan spiritual? Itu tak pernah terjadi pada saya. Meskipun saya suka berdoa dan sejak kecil sudah mendengar cerita tentang Jesus dan para nabi sebelumnya. Saya dibesarkan dalam keluarga yang sangat sekuler.

Mungkin apresiasi saya tentang budaya Islam, terutama pada wanita muslim, yang menarik saya mengapresiasi Islam. Perempuan Islam yang saya lihat di Inggeris adalah yang menutup seluruh tubuhnya dari kepala hingga hujung kaki, kadang berjalan dibelakang suami mereka, dengan anak-anak berbaju panjang  disekitar mereka. Ini sungguh kontras dengan kondisi wanita profesional Eropah yang pada umumnya sangat memperhatikan penampilannya. Saya, misalnya sangat bangga dengan rambut perang saya, dan ya, belaham dada saya.  Ini seolah2  menjadi jualan utama kami.

Saat bekerja didunia Broadcast television , betapa hal itu makin jelas terasa; presenter wanita menghabiskan waktu hingga satu jam untuk merias wajah dan penampilan  mereka, hanya untuk membahas satu topik “serius” yang memakan waktu tak lebih dari 15 minit. Apakah ini sebagai bentuk liberation?

Saya mulai bertanya – tanya seberapa banyak penghormatan bagi gadis – gadis dan perempuan dalam masyarakat bebas kita.

Pada tahun 2007 saya pergi ke Lebanon. Saya menghabiskan waktu empat hari bersama para mahasiswi disana, sebagian dari mereka menggunakan tudung , mereka tetap menawan dan mandiri, dan bebas berpendapat. Mereka tidak semua gadis pemalu, atau mereka akan dipaksa segera untuk menikah, seperti yang kita dengar di barat. Suatu waktu mereka menemani saya mewawancarai seorang syaikh yang disebut – sebut dekat dengan militia Hizbullah. 
Saya sangat terkejut tentang bagaimana dia memperlakukan para gadis yang menemani saya ini. Saat Syekh Nabil — yang menggunakan serban dan jubah coklat – berbicara tentang topik  tentang pertukaran tawanan, mereka teruja untuk angkat bicara. Mereka bebas bertanya dan menyatakan apapun, termasuk angkat tangan untuk menyela sang Syekh yang tengah berbicara.

Ada hal lain yang berubah kemudian. Semakin banyak waktu saya habiskan di Timur Tengah, semakin sering saya minta dihantar ke masjid. Hanya untuk bersiar-siar, begitu selalu saya meyakinkan pada diri saya, walaupun faktanya, saya mendapatkan lebih dari sekadar melancong.

Bebas dari aneka patung dan bangku, saya melihat mereka duduk begitu saja dengan anak – anak bermain disekitarnya, beberapa memakan bekal mereka, dan wanita tua duduk diatas kerusi roda mereka membaca Al-Qur-an. Mereka membawa kehidupan mereka ke masjid, dan membawa masjid kedalam rumah – rumah mereka.

Dan tibalah suatu malam saat saya mengunjungi kota Qom, dibawah kubah emas yang disebut Fatimah Mesumah (Fatimah sang teladan), sama seperti perempuan lainnya disana, tiba - tiba saya bergumam nama Allah beberapa kali, ketika memegang pagar makam Fatimah. Ketika saya duduk sebuah kenikmatan spiritual menyergap saya, bukan kenikmatan yang seolah – olah mengangkat kita dari tanah, tapi kenikmatan yang memberi kedamaian penuh. Saya duduk disana untuk waktu yang lama. Seorang wanita muda disamping saya membisikkan, “sesuatu keajaiban terjadi pada anda”.

Ya, saya tahu saya bukan lagi “touris dalam Islam”. Tapi pengembara di dalam umat, sebahagian dari komuniti muslim dan terkait dengan seluruh muslimin.

Untuk pertama kalinya saya merasakan ingin lari dari situasi ini, kerana beberapa alasan. Apakah betul saya sudah siap berpindah agama? Apa yang akan ada dalam pikiran teman-teman dan keluarga  kalau saya menjadi muslim? Apakah saya siap untuk mengubah banyak hal dalam perilaku  seharian saya?

Dan terjadilah hal yang benar – benar aneh. Saya tidak merasa khawatir tentang hal-hal itu. Kerana entah bagaimana menjadi muslim sangat mudah – meskipun masalah yang akan saya hadapi sangat berbeda, tentu saja. Untuk memulai, Islam menuntut banyak belajar, namun saya ibu dua anak  dan bekerja penuh waktu. Anda diharapkan untuk membaca Al-qur-an dari awal hingga akhir, ditambah dengan bertemu imam dan segala macam aturan bagi orang yang tercerahkan. Kebanyakan orang akan menghabiskan berbulan – bulan bahkan bertahun – tahun sebelum menyatakan keislamannya. Dan saya boleh  melaluinya..”

Hikmah :

 
Wahai ukhti sekalian..seorang  seorang non muslim  tertarik untuk memeluk Islam oleh karena melihat kesucian dan hijab yang dikenakan oleh para wanita muslimah, namun bagaimanakah gerangannya dengan para ukhti sekalian??  Padahal hijab itu hukumnya adalah wajib, dan hanya Islamlah yang meninggikan derajat wanita didunia dengan mensyucikan keindahan-keindahan mereka yang harganya tidak terbeli dengan apapun.
 Namun, sayangnya..sebahagian para muslimah hanya bertuliskan di kad pengenalannya saja. Kebanyakan justru berpakaian minima yang di haramkan oleh ALLAH dan rasul-Nya yang bahkan di ancam tidak akan masuk syurga dan juga tidak akan mencium bau syurga, karena murahnya harga lekak-lekuk tubuh mereka dengan berpakaian yang mempertontonkan aurat mereka. Sedang hijab dan jilbab didalam Islam hukumnya adalah wajib, selain itu Hijab dan Jilbab adalah identitas bukan hanya untuk pengenalan  dunia melainkan juga untuk pengenalan akhirat. Namun bagi para ukhti yang masih suka berpakaian yang mempertontonkan aurat anti, apakah karena anti tidak ingin atau mungkin malu disebut sebagai seorang Muslimah??

Firman ALLAH Ta’ala :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.
 Al-Ahzaab : 059.

Wallahu Ta’ala A’lam

sumber: http://tausyah.wordpress.com

No comments:

Post a Comment