Thursday, January 10, 2013

BANNER DENGAN SLOGAN DARI HADIS DI JERMAN.....





Islam
adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Manusia mencintai kebersihan , keramah – tamahan dan akhlak yang baik. Islam pun mengajarkan demikian. Maka, pantas lah ada nilai – nilai yang ditiru oleh barat dari Islam.

Rabu, 09 Januari 2013, pemerintah Jerman menyebarkan banner dan sejenisnya di jalan – jalan dan lorong-lorong , yang berisikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:


” تبسمك فس وجه اخيك صدقة
'senyumanmu kepada saudaramu adalah sedekah.'


Dalam hal ini, para pengguna jejaring sosial “Facebook” mengecam ketidak beradaan slogan – slogan tersebut di negara mereka “Kami menuntut agar jalan – jalan memiliki slogan – slogan seperti itu yang mengingatkan kita moral yang baik yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.


sumber:  zilzaal

MEMILIH BERSIKAP ZUHUD.....

Ada orang takut bila mendengar perkataan 'zuhud'. Kerana mungkin fikirnya ia perlu meninggalkan segala pekerjaannya, dan harta  bendanya, lalu hidup dengan menahan diri dari segala-galanya. Namun, benarkah begitu?  Nabi kita adalah sebaik-baik contoh....



Terlalu mudah bagi Rasulullah Saw untuk hidup sebagai seorang millioner, tapi itu tidak beliau lakukan. Rasulullah lebih memilih sebagai seorang yang zuhud.

Bukanlah seorang zuhud itu orang yang terhalang dari memperoleh gemerlap dunia, lalu mengatakan,“Sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagiku daripada dunia.” Dia tidak akan mengatakan seperti itu kecuali kerana ia tidak mampu untuk mencapai apa yang diinginkannya dari dunia. Demikian dikatakan Profesor Rawwas Qal’ah Jie dalam kitabnya, Dirasah Tahliliyah li Syakhsiyah ar-Rasul Muhammad.

Akan tetapi, lanjut Guru Besar sebuah Universitas di Quwait itu, orang zuhud itu sebenarnya adalah orang yang dianugerahi dunia sehingga hinggap di halaman rumahnya, lalu orang tersebut berkata pada dunia tersebut, “Wahai dunia, bujuklah orang yang selain aku, aku tidak memerlukanmu, sesungguhnya yang aku perlukan adalah pahala dari sisi Tuhanku.” Lalu orang tersebut pergi menggunakan dunia itu untuk meringankan beban orang yang menderita, memberi makan orang yang lapar dan fakir.

Inilah yang telah dinyatakan Rasulullah saw melalui sabdanya:

“Zuhud dari dunia itu bukanlah dengan cara mengharamkan yang halal atau menghilangkan harta. Akan tetapi, zuhud dari dunia itu adalah hendaknya apa yang ada di tangan Allah itu kamu lebih yakini daripada apa (dunia) yang ada di tangan kamu saat ini.”

Muhammad s.a.w
telah dianugerahi dunia tetapi beliau malah meninggalkannya untuk memenuhi keperluan orang yang kekurangan kerana menginginkan pahala di sisi Allah di akhirat. Beliau dengan senang hati lebih memilih kefakiran sehingga dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Allah swt dan lebih mengutamakan Allah SWT daripada kelazatan kehidupan di dunia.

Bukankah Allah SWT telah menjadikan seperlima ghanimah (rampasan perang) sebagai bagian darinya, sebagaimana firman-Nya:

Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Anfal : 41)

Bukankah seperlima harta fai telah dianggarkan untuk beliau, sebagaimana firman-Nya:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (QS. Al Hasyr : 7)

Bukankah beliau pernah mengatakan kepada Aisyah ra, “Sesungguhnya aku telah ditawari (apakah aku menginginkan) kerikil-kerikil yang ada di Makkah dijadikan emas untukku. Maka aku katakan, ‘Tidak, wahai Tuhanku. Aku lebih menginginkan lapar sehari dan kenyang sehari.”

Prinsip Rasulullah saw dalam sikap zuhudnya adalah bahwa dunia ini merupakan tempat untuk menumpang lewat, bukan tempat tinggal sebenarnya. Manusia hanya melaluinya dalam perjalanan menuju akhirat. Jadi, siapa saja yang tertipu oleh dunia dan menganggapnya kekal maka sungguh ia telah salah duga. Kerana itu, tidaklah seorang nabi seperti Muhammad saw akan melakukan hal seperti itu (tertipu dunia).

Abdullah bin Mas’ud pernah bertutur:
Aku pernah mengunjungi Rasulullah saw, sementara beliau sedang tidur di atas pasir yang dihamparkan –atau tikar yang dijalin – yang meninggalkan bekas di punggungnya. Aku lalu berkata, “Wahai Rasulullah, andai saja kami mengambilkan untukmu alas tidur yang dapat  diletakkan antara dirimu dan tikar itu, tentu ia akan menjagamu.”

Rasulullah bersabda:

“Tidaklah aku dan dunia ini melainkan aku seperti seorang pengendara (penunggang) yang bernaung di bawah sebuah pohon untuk beristirahat lalu pergi meninggalkannya.”

Demikianlah
, Rasulullah Saw adalah seorang nabi yang zuhud, teladan sepanjang masa bagi umatnya dan kehadirannya adalah rahmat bagi sekalian alam. [shodiq ramadhan]


sumber:  suaraIslamonline

Wednesday, January 9, 2013

LARANGAN BERSANGGUL BAGI WANITA...




Semua wanita
tahu apa itu sanggul. Tetapi ramai yang tidak tahu bahawa menayang sanggul itu walaupun di sebalik tudung adalah di larang. Apakah dalil dan buktinya?

Aisyah ra berkata, “Ada seorang budak perempuan dari Anshar telah menikah, tetapi ia dalam keadaan sakit, yang menyebabkan rambutnya gugur, lalu para keluarganya ingin menyambungnya. Namun, sebelumnya mereka bertanya dulu kepada Rasulullah saw. Setelah mendengar pertanyaan itu, beliau melaknat orang yang menyambung rambut dan yang minta disambungkan. (Muttafaq alaihi)

Al-Washilah (menyambung rambut) adalah orang yang menyambung rambutnya dengan rambut lain (palsu).

Al-Mustaushilah (yang minta disambungkan) adalah wanita yang meminta orang lain untuk menyambungkan rambutnya.

Al-Imam an-Nawawi berkata, “Hadits-hadits di atas itu jelas mengharamkan sanggul, dan secara mutlak orang yang menyanggul dan yang minta disanggul akan dilaknat.” (Syarhu shahih Muslim lin-Nawawi, 4/834)

Menurut kami, pekerjaan sanggul menyanggul merupakan dosa besar (al-Kabair), kerana ada yang menunjukkan atas terlaknatnya orang yang mengerjakannya. Namun, sungguh sangat menyedihkan, bahwa perbuatan yang jelas-jelas dilarang ini justru banyak dilakukan oleh para muslimah dengan berdalih untuk menambahkan kecantikan. Padahal bersolek dan merias kecantikan itu jika untuk selain suami, maka hukumnya haram, kerana ada larangan bagi wanita untuk tidak memperlihatkan atau mempertontonkan kecantikannya di depan para lelaki. Maka wanita tidak boleh bersolek dan merias diri kecuali untuk menyenangkan suami, namun kemudian melakukan hal-hal yang diharamkan dan dilarang oleh Allah SWT.

Ada seorang wanita bertanya tentang masalah ini, apakah masalah bersanggul hanya dikhususkan pada rambut saja, atau juga menyangkut benang sutera, anyaman rambut, atau yang bukan tergolong rambut?

Jawaban atas pertanyaan di atas adalah sebagai berikut:


Larangan yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut memang lebih dikhususkan pada rambut saja. Maka diperbolehkan bagi wanita untuk menyambung rambutnya dengan benang sutra, anyaman rambut, dan benang wol berwarna yang bukan mirip dengan rambut, dengan syarat tidak boleh diperlihatkan di depan laki-laki asing (bukan mahramnya).

Al-Qadhi ’Iyadh rahimahullah juga mengomentari masalah ini dengan ucapannya,
“Adapun mengikat dengan benang antara sutera berwarna atau yang sejenisnya yang tidak menyerupai rambut bukan termasuk yang dilarang, kerana ia tidak disebut dengan menyambung dan itu juga bukan yang dimaksud dengan bersanggul.”

Dinukil juga dari Al-Laits bin Sa’ad ungkapan berikut,
“Larangan itu lebih dikhususkan pada rambut saja, maka tidak apa-apa menyambungnya dengan wol atau yang sejenisnya.” (Syarah shahih Muslim, 4/836)

Abu Ubaid al-Qasim bib Salam rahimahullah berkata,
“Para fuqaha (ahli fiqh) telah memberikan keringanan pada anyaman rambut dan setiap sesuatu yang disambungkan pada rambut asalkan bukan berupa rambut.” (Ahkamun Nisa’ li Ibnil-Jauziy, hal.88)

(Sumber: Amr Abdul Mun'im, 30 Larangan Agama Bagi Wanita)

dari: SuaraIslamOnline

Saturday, January 5, 2013

MENILAI AMANAT TG. HAJI HADI DENGAN ADIL...










Dr Mohd Asri Zainul Abidin
8:58AM Jan 4 2013


Isu amanat Datuk Seri Abdul Hadi Awang sedang dibangkitkan menjelang pilihan raya ke-13 ini. Walaupun amanat tersebut lebih daripada 30 tahun usianya, namun seperti biasa politik mampu membangkit-ungkit apa sahaja.

Kedua belah pihak - kerajaan dan pembangkang memakai pendekatan yang hampir sama. Cumanya, ‘kelebihan' kerajaan di negara kita ini ia menggunakan media awam demi tujuan politik kepartian.

Saya tidak pasti apakah jika pembangkang hari ini jika berkuasa akan menggunakan pendekatan yang sama ataupun tidak?

Amanat Haji Hadi itu berbunyi:



"Saudara-saudara sekelian percayalah, Kita menentang Umno, bukan kerana nama dia Umno. Kita menentang Barisan Nasional bukan kerana dia lama memerintah kerajaan. Kita menentang dia ialah kerana dia mengekalkan perlembagaan penjajah, mengekalkan undang-undang kafir, mengekalkan peraturan jahiliah.

"Oleh kerana itulah kita menentang mereka. Oleh kerana itulah kita menghadapi mereka. Oleh itulah kita cuba berlawan dengan mereka. Percayalah saudara-saudara sekalian, perjuangan kita adalah jihad, ucapan kita adalah jihad, derma kita adalah jihad.

"Bergantunglah kita kepada Allah dengan (menghadapi) puak-puak ini kerana kalau kita mati melawan puak-puak ini, mati kita adalah syahid. Mati kita adalah Islam.

"Kita tidak perlu masuk Buddha, kita tidak perlu masuk Hindu, kita tidak perlu masuk Kristian, tapi kita menjadi kafir dengan mengamalkan 'politik suku, agama suku'."


Fatwa-fatwa Pantai Timur


Saya ingin mengajak pembaca melihat isu amanat ini di luar dari kerangka fanatik kepartian, sebaliknya menelusurinya secara fakta dan rasional.

Amanat Haji Hadi itu dibuat pada tahun 1981 dalam ceramahnya pada 7 April di Kampung Banggol Peradong. Ketika itu saya masih lagi bersekolah rendah. Saya rasa bukan Abdul Hadi yang menamakannya amanat, sebaliknya ia adalah inisiatif orang PAS sendiri.

Apakah amanat ini satu-satunya punca sebahagian orang PAS mengkafirkan Umno? Saya tidak pasti. Namun kita tahu, ramai guru-guru agama yang lain yang pro-PAS juga mengkafirkan Umno. Ada sesetengah tokoh agama yang mengkafirkan Umno ketika itu kemudiannya masuk Umno dan mendapat pelbagai jawatan.

Saya sendiri
pernah berjumpa orang PAS yang mengkafirkan Umno. Bahkan saya pernah berjumpa mereka yang mengharamkan bersekolah di sekolah kerajaan kerana kononnya ‘sekular' dan seumpamanya.

Ertinya, kafir-mengkafir disebabkan perbezaan parti politik telah berlaku dalam sejarah umat Islam dalam negara ini. Fatwa-fatwa PAS terutamanya dari Pantai Timur telah mencetuskan fenomena tersebut.

YB Dr Mujahid Yusuf
, seorang ahli Parlimen PAS, tokoh reformis dalam PAS dan anak bekas presiden dan mursyidul am PAS dalam bukunya Menuju PAS Baru menghuraikan isu ketika itu dengan menyebut:

"Akibatnya berlakulah isu kafir-mengkafir di mana tanggapan bahawa menyokong Umno adalah sesuatu yang bertentangan dengan sikap Islam dan dengan sebab itu boleh jatuh kufur kerana Umno parti sekular yang menolak Islam... penghujahan atas garis-garis fikah yang premisnya adalah batas-batas kekufuran telah membawa agenda politik menjadi terlalu pekat dengan adunan ‘fatwa' sehingga PAS diheret dalam kancah ini, malah ‘Amanat Haji Hadi' telah dijadikan alasan kepada berlakunya semua kemelut ini." (ms 115. Kuala Lumpur: Malaysian Insider Sdn Bhd).

Mungkin Abdul Hadi
sendiri tidak pernah menyebut Umno kafir secara jelas, namun sikap kebanyakan tokoh PAS yang tidak menangani isu-isu mengkafir ataupun seakan membiarkan orang awam PAS mengkafirkan orang Umno sehingga berlaku dua imam, tidak makan sembelihan, tidak menjawab salam dan lain-lain ketika itu, amat mendukacitakan.




Konteks         


Dalam memahami sesuatu teks, kita wajar melihat kepada konteks. Hakikatnya, pendekatan PAS ketika itu bukanlah asing jika dilihat kepada perkembangan gerakan Islam secara keseluruhan. Pada tahun 70-an dan 80-an kebangkitan Islam berlaku di Asia. Kesedaran tentang perlunya umat Islam kembali kepada Islam dan menghapuskan unsur-unsur penjajahan kedengaran di sana-sini.

Buku tokoh-tokoh gerakan Islam di Timur Tengah menjadi menu penting para aktivis ketika itu. Buku-buku itu ditulis oleh tokoh-tokoh berkenaan dalam keadaan tekanan yang berat oleh rejim-regim Arab yang sangat zalim dan khianat.

Mereka juga biadap terhadap Allah dan rasul-Nya. Mereka yang membaca buku-buku cuba menyamakan hal tersebut dengan keadaan setempat.

Isu takfir (mengkafirkan) juga timbul di Timur Tengah sehingga mursyidul am al-Ikhwanul al-Muslimin menulis buku Du‘aah La Qudah (Pendakwah Bukan Hakim) bagi tujuan menangani isu ini.

Fatwa-fatwa ulama juga dibaca kepada masyarakat. Antaranya, fatwa Mufti Saudi masa itu al-Sheikh ‘Abd al-‘Aziz ‘Abdillah bin Baz yang menyenaraikan perkara-perkara yang membatalkan Islam, dalam erti kata lain menjadikan seseorang kafir.

Abdul Hadi ketika itu antara yang mempopularkannya. Dalam fatwa itu antaranya menyebut:

"Berkeyakinan bahawa selain tuntutan Nabi Muhammad SAW itu lebih sempurna, atau berkeyakinan bahawa selain ketentuan hukum beliau itu lebih baik, sebagaimana mereka yang mengutamakan aturan-aturan manusia yang melampaui batas lagi menyimpan dari hukum Allah (aturan-aturan taghut), dan mengetepikan hukum Rasulullah SAW, maka yang berkeyakinan seperti ini adalah kafir.

"Sebagai contoh: Berkeyakinan bahawa aturan-aturan dan perundangan yang diciptakan manusia lebih utama daripada syariat Islam, atau berkeyakinan bahawa aturan Islam tidak tepat untuk diterapkan pada abad kedua puluh ini, atau berkeyakinan bahawa Islam adalah sebab kemunduran kaum Muslimin, atau berkeyakinan bahawa Islam itu terbatas dalam mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya saja, tidak mengatur urusan segi kehidupan lain.

"Berpendapat bahawa melaksanakan hukum Allah dalam memotong tangan pencuri, atau merejam pelaku zina yang telah kahwin (muhsan), tidak sesuai lagi di masa kini...."

Walaupun ini hanyalah kaedah umum yang perlukan perbahasan dan perinciannya, malangnya kalangan orang PAS ketika itu telah menggunakannya ketika secara ‘borong' untuk mengkafirkan setiap penyokong Umno.

Ia disuburkan lagi dengan kuliah-kuliah agama PAS yang menegaskan persoalan ini tanpa perbahasan yang mencukupi. Menerangkan tentang batasan iman dan kufur adalah suatu kewajipan, namun mengkafirkan individu memerlukan penelitian dan kecermatan.

Suatu perkara
yang tidak boleh disembunyikan juga, Umno pada era 70-an dan 80-an bukanlah seperti Umno hari ini. Ucapan-ucapan yang tidak selaras dengan Islam, ataupun dengan seakan menghina Islam kadang-kala kedengaran di sana-sini. Proses Islamisasi dalam Umno belum berlaku ketika itu.

Sikap angkuh dan dominasi yang melampau juga wujud. Orang PAS dapat merasai sikap tidak adil kepada mereka, bermula dari JKKK di kampung sehingga ke atas.

Ini menyuburkan lagi kecenderungan menghukum Umno dengan fatwa-fatwa yang keras. Ini tidaklah menghalalkan PAS mengkafirkan keseluruhan Umno, namun itulah realiti ketika itu. Sikap Umno ketika itu juga menyumbang kepada keadaan itu.

Pada masa tersebut kematangan PAS dan gerakan Islam yang lain juga amat terhad. Mereka belum ada pengalaman pemerintahan. Bahkan saya percaya, Abdul Hadi ketika itu tidak begitu mendalami hakikat Perlembagaan Malaysia seperti hari ini.

Hari ini jika kita membaca Mujahid menulis dalam bukunya Rejuvenasi PAS, beliau membincangkan tajuk ‘Islam Dalam Kerangka Perlembagaan', kita mendapati tokoh PAS ini melihat perlembagaan dengan harmoni yang mempunyai ruang untuk Islam. Hal ini 30 tahun lepas tidak pernah diungkapkan dalam PAS.

Ulama Umno juga mesti dikritik


PAS hari ini saya lihat banyak berubah. Saya percaya sudah ramai yang tidak beriktikad seperti Amanat Hadi termasuk diri Abdul Hadi sendiri. Jika PAS masih berpegang dengan Amanah lama Hadi itu, bererti mereka mengkafirkan diri sendiri dan rakan-rakan mereka dalam Pakatan Rakyat yang menerima dan mengiktiraf perlembagaan.


Sekalipun tiada penarikan rasmi, tetapi secara praktikal seakan penarikan telah dibuat. Pendekatan PAS sudah banyak yang berbeza. Kita harapkan semua pihak tidak melihat Islam dari kaca mata politik semata, Islam jauh lebih luas dari politik kepartian.

Namun, ini tidak bererti kita memandang ringan isu kafir-mengkafir. Jika terbukti masih ada orang PAS yang mengkafirkan Umno maka Abdul Hadi patut tampil menjelaskan kekeliruan mereka. Oleh kerana beliau diserang tanpa diberikan peluang menerang, maka itu sesuatu yang tidak adil.

Pihak media patut memberikan ruang yang mencukupi untuk beliau membuat penerangannya dalam media awam khususnya RTM. Mungkin ada perkara yang kita terlepas pandang.

Di samping PAS, jangan lupa dalam Umno juga ada yang ‘kaki pengkafir dan penyesat' orang lain. Seorang dua guru pondok yang masuk Umno, ada yang menghukum akidah menteri besar Kelantan sesat bahkan kufur.

Di Arab Saudi, tokoh penghukum sesat umat iaitu al-Madkhali terkenal menyesatkan begitu ramai tokoh-tokoh ilmuwan Islam dan aktivis umat.

Golongan ulama muda Umno amat terpengaruh dengan aliran ini maka kita boleh tonton dalam Internet dan tulisan mereka di akhbar menyesatkan tokoh-tokoh seperti Hasan al-Banna, Syed Qutb, Muhammad al-Ghazali, al-Qaradawi dan lain-lain. Ini juga mesti dikritik.

Media-media Umno juga kebelakangan ini sering menjadikan isu akidah sebagai isu politik seperti yang PAS lakukan dalam era 80-an. Umno hendaklah berhati-hati, jangan ulangi perkara yang sama. Umno hari ini seakan menuju PAS era Amanat Hadi.


Kembali pada politik membina negara


Maka kita tegaskan, bahawa kafir-mengkafir, ataupun sekadar sesat menyesat atas perbezaan parti satu kesalahan yang besar.

Nabi SAW bersabda: "Sesiapa yang memanggil orang lain dengan ‘kafir' atau ‘musuh Allah' sedang dia tidak begitu, maka tuduhan itu kembali kepadanya (penuduh)." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Syeikh al-Islam Ibn Taimiyyah
menyebut dalam Majmu‘at al-Fatawa:

"Sebetulnya, sesiapa yang berijtihad dalam kalangan umat Muhammad SAW dengan tujuan mencari kebenaran lalu tersilap, dia tidak kafir. Bahkan diampunkan kesilapannya. Sesiapa yang telah nyata kepadanya apa yang datang dari Rasulullah SAW, lalu dia menentang setelah terang untuknya petunjuk lalu dia mengikut selain jalan kaum mukminin, maka dia kafir.

"Sesiapa yang mengikut nafsu, kurang mencari kebenaran serta bercakap tanpa ilmu maka dia pemaksiat dan berdosa. Boleh jadi dia fasik, ataupun baginya kebaikan-kebaikan lain yang lebih banyak dari kesalahannya. Bukan semua yang bersalah, berbuat bidaah, jahil ataupun sesat itu menjadi kafir, bahkan mungkin tidak fasik dan tidak berdosa."

Semua pihak hendaklah berhenti memainkan isu kafir-mengkafir. Kembali kepada politik yang dapat membina negara.

Sumber : malaysiakini

Wednesday, January 2, 2013

HIKMAH LARANGAN HUBUNGAN INTIM SEMASA HAIDH....

Sahabat yang di kasihi sekalian,

Ada beberapa  hal dalam hidup berumahtangga yang perlu /wajib diketahui oleh pasangan suami -isteri. Baik yang baru , akan atau yang telah lama hidup berumahtangga.  Ini bukan saja bagi mengelakkan dari melanggar larangan Allah, namun disebaliknya dapat memelihara kesihatan suami-isteri.
 




Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”(QS. Al-Baqarah: 222)


Mukjizat al-Qur’an tidak terbatas pada keindahan estetika dan strukturnya yang tepat. Tapi, juga mencakupi 

 pada masalah-masalah seksual (hubungan suami isteri). Lebih dari itu, mukjizatnya tampak pada masalah-masalah preventif medik, sebagaimana ilmu kedoktoran menganjurkan agar menghindari berhubungan intim dengan wanita (isteri) dalam keadaan haid. Hal ini disebabkan dinding kulit vagina pada waktu haid lebih sensitif.

Sehingga, bila tetap dipaksakan melakukan hubungan badan (intim) akan terasa sangat pedih, terluka dan dinding vagina terasa terkelupas. Akibatnya, daya tahan (imuniti) dari virus pun sangat lemah. Akhirnya, menjadi tempat bersarangnya bakteria, kerana darah merupakan tempat yang paling subur untuk berkembang biaknya.

Oleh kerana itu, melakukan hubungan seksual pada waktu haid dilarang. Sebabnya, masa itu sangat rawan akan penyakit dan bakteria mudah menyerang rahim yang sedang dalam kondisi lemah (Dr. Muhammad ‘Abdullah Syarqawi, al-Mahidh baina Isyaarati al-Qur’an wa Haqaaiqi ath-Thibb,majalah Al-Wa’yu al-Islami, edisi Mei 1985).

Ketika  itu daya tahan (imuniti) rahim tidak berfungsi sehingga bakteria tumbuh subur, bahkan penyakit itu dapat menyebar ke leher rahim, sehingga dapat menutup salurannya yang memberi kesan  pada proses pembuahan ke rahim. Yang demikian itu akan mengakibatkan kemandulan dan kehamilan di luar rahim.

Selain itu, rasa sakit yang ditimbulkan sangat parah, juga dapat mengakibatkan pecahnya rahim. Sehingga darah akan menyebar ke sekitar perut, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Kadangkala menyebar ke saluran kencing, sehingga bahkan merebak  ke alat salurannya. Boleh  jadi hal ini mengakibatkan serangan kanser pada mulut rahim. Sedangkan, penderita laki-laki akan mengalami rasa sakit yang parah, bakteria akan menigkat semakin banyak jumlahnya, dan rasa nyilu  pada saluran kencing.

Penyakit ini sangat berpengaruh pada kejiwaan dan fizik penderita wanita. Kejiwaannya menyimpang serta mengalami depresi dan penurunan mental. Sehingga, kedaan jiwanya menjadi tidak normal yang dapat berpengaruh pada kondisi fiziknya. Akibatnya, dapat menurunkan daya seksualnya dan bahkan boleh  berakibat impotensi sehingga dapat mengganggu hubungan suami-isteri yang pada akhirnya berakibat depresi, fiziknya pun menjadi lemah.

Oleh kerananya, seorang isteri dalam keadaan seperti ini,  bila melayani suaminya dianggap tidak mempunyai hasrat terhadap suaminya. Sehingga, akan mengakibatkan terputusnya tali kasih sayang di antara keduanya, bila suami tidak mengerti keadaan fizik dan kejiwaan si isteri.

Dengan demikian, kita lihat bahwa syari’at (hukum/aturan) Islam yang tertuang dalam ayat yang disebutkan di atas merupakan pelopor ilmu pengetahuan yang sedang meniti jalannya. Hal ini juga menunjukkan mukjizat dari ayat tersebut.

(Sumber:الإعجاز العلمي في الإسلام والقرآن الكريم oleh Muhammad Kamil ‘Abdush Shomad, edisi Indonesia penerbit Akbar hal.278-279 dengan sedikit perubahan. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)

via: zilzaal

Saturday, December 29, 2012

BERGERAK YANG MEMBATALKAN SOLAT



Tidak semua jenis pergerakan membatalkan solat, namun yang pasti adalah mengurangkan pergerakan yang tidak berkaitan dengan solat adalah cara terbaik bagi menyempurnakannya. Pun begitu, bagaimanakah erti bergerak yang membatalkan solat di dalam mazhab Syafie? Tulisan ini menjelaskan dengan ringkas.


Tamakninah adalah salah satu rukun dalam solat menurut beberapa mazhab dan mazhab Syafie adalah antara yang berijtihad menyatakan solat boleh batal jika bergerak besar berturut-turut melebihi tiga kali gerakan. Ini berdasarkan dalil perlunya tamakninah. Tiada dalil khusus berkenaan hal ini kecuali dalil umum iaitu keperluan untuk menyempurnakan tamakninah yang disebut oleh Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam kpeada seorang lelaki yang disuruh ulangi solatnya kerana tidak betul:


فَارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ……ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا


Maksudnya: “ ulangi solatmu dan solatlah sesungguhnya engkau belum menyempurnakan solatmu……kemudian hendaklah kamu rukuk dan sehingga berhenti sekejap (tamakninah) dalam keadaan rukuk itu, dan kemudian bangun dan berdiri tegak dan kemudian sujud sehingga berhenti sekejap (tamakninah) dalam keadaan sujud.”

(Riwayat al-Bukhari)




Tamakninah adalah rukun menurut tiga mazhab dan wajib dalam mazhab Hanafi. Hasil dari itu, penyempurnaan tamakninah dilihat tidak mampu disempurnakan kecuali dengan menahan diri dan pergerakan besar menurut mazhab Syafie.

Imam An-Nawawi menjelaskan penentuan sesuatu pergerakan itu ‘Besar’ atau ‘Kecil’ mempunyai empat bentuk pandangan dalam mazhab seperti berikut:-

KECIL : adalah yang tidak sampai tempoh pergerakan itu satu raka’at.
BESAR: Jika melebihi, pastinya itu dikira besar dan membatalkan solat.
KECIL : Setiap pergerakan yang tidak memerlukan dua belah tangan, seperti mengangkat serban, menyentuh untuk lantikan imam di hadapan, memegang kepala atau telinga, itu semua dianggap kecil.
BESAR: Jika pergerakan itu memerlukan dua belah tangan seperti mengikat serban, memakai seluar atau kain, itu semua dikira besar.
KECIL : pergerakan yang tidak membuat orang yang melihat bersangka si pelakunya di luar solat.
BESAR : pergerakan yang menyebabkan orang melihat bersangka pelakunya di luar solat.
KECIL : kembali kepada penentuan adat dan uruf setempat yang pada adatnya masyarakat anggapnya kecil.
BESAR : juga berdasarkan adat. Imam An-Nawawi menyebut pandangan yang keempat ini yang paling sahih dan pandangan ulama Syafie yang teramai. Kata beliau

وهو الأصح وقول الأكثرين

Ertinya : ini yang paling sahih dan merupakan pendapat teramai.[1]

Kemudian, Imam An-Nawawi juga menyimpulkan jika dua kali pergerakan besar ia masih tidak membatalkan solat, jika tidak berturut-turut, itu juga tidak membatalkan solat.


KESIMPULAN


Kesimpulannya, saya cenderung kepada menyarankan agar memastikan tidak bergerak banyak sama ada besar atau kecil adalah sifat solat sempurna. Namun jika pergerakan kerana dharurat yang diterima oleh Islam seperti mengelak bahaya, mengelak api dan sepertinya ia tidak membatalkan solat.
Majoriti mazhab lain seperti Hanbali dan Hanafi tidak ada kaedah yang menyatakan pergerakan banyak akan membatalkan solat dan fatwa dan ijtihad mereka tentunya tidak boleh diketepikan begitu sahaja, hasilnya saya suka menasihatkan agar mengelakkan khilaf, dan jika berlaku pegerakan yang banyak berturut-turut dan masih ada waktu untuk mengulangi solat, sebaiknya solat dianggap batal dan diulangi.

Sekian



Dr. Zaharuddin Abd Rahman

Friday, December 28, 2012

KENALI HADIS PALSU MENERUSI MATAN...




Oleh: Dr Asri Zainul Abidin

Menyebarkan hadis palsu tanpa menerangkan kepalsuannya merupakan dosa yang amat besar. Penipuan dan bersekongkol dengan penipuan adalah dosa menurut ajaran Islam. Apatah lagi jika pembohongan itu menggunakan nama Allah dan Rasul-Nya.

Kesannya besar dan bahaya. Mereka yang terpedaya dengan penipuan tersebut akan mengamalkan sesuatu yang disangkakan bersumber dari Tuhan sedangkan hakikatnya tidak demikian.

Jika isi pembohongan itu sesuatu yang jelas bercanggah dengan hakikat fakta, ataupun sesuatu yang ‘lekeh' maka Tuhan ataupun Rasul-Nya akan dipersalahkan. Mungkin ia akan menghilangkan keimanan manusia terhadap ajaran agama.


Justeru itu, Islam mengharamkan sama sekali perbuatan mengadakan hadis palsu seperti penegasan Nabi SAW dalam hadis mutawatir:

"Sesungguhnya berdusta ke atasku (menggunakan namaku) bukanlah seperti berdusta ke atas orang lain (menggunakan nama orang lain). Sesiapa yang berdusta ke atasku dengan sengaja, maka siaplah tempat duduknya dalam neraka."

Bukan sahaja mengadakan hadis palsu itu dosa besar, menyebarkannya juga berkongsi dosa besar yang sama. Dalam era teknologi ini, begitu mudah sesuatu hadis palsu itu tersebar.

Menerusi SMS, email, Facebook dan Twitter, ramai yang terlibat dengan kegiatan dosa menyebarkan hadis palsu ini. Maka berhati-hatilah. Beberapa klik tanpa penelitian boleh membawa anda menjadi pendusta yang menggunakan nama Allah dan Rasul-Nya.

Mengkritik Matan

Pembaca Internet juga terdedah kepada pelbagai sumber hadis palsu. Saya mengajar di USM kursus Analisa Kritis Matan Hadis untuk para pelajar ijazah tinggi. Saya rasa orang awam juga wajar dibekalkan sedikit sebanyak pengetahuan tentang analisa matan hadis.

Secara umumnya, hadis palsu dapat diketahui melalui dua cara.

Pertama, kajian terhadap sanad (rangkaian perawi).

Kedua, kajian terhadap matan atau kritik teks (textual criticism). Untuk mengkaji para perawi bukan mudah melainkan mereka yang terbabit langsung dalam bidang hadis. Apakah ada cara untuk seseorang biasa mengagak sesuatu hadis itu mungkin palsu hanya dengan membaca matan (teks) sahaja? Maka di sini datang peranan naqd al-matn (kritik teks) atau kajian teks tadi.



Pengetahuan ini amat penting kepada para pengguna Internet hari ini. Ia sekurang-kurangnya dapat menjadikan mereka berhati-hati apabila melihat ataupun mendengar teks hadis yang pelbagai. Jika pun mereka tidak dapat memutuskan kedudukan hadis-hadis tersebut, sekurang-kurangnya mereka akan menangguhkan dulu sebelum mempercayainya sehingga ternyata kedudukannya.

Ibn Qayyim

Ilmuwan hadis yang terbilang al-Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah (meninggal 751H) pernah ditanya apakah mungkin untuk mengetahui hadis palsu tanpa melihat kepada sanadnya? Untuk menjawab persoalan yang besar itu, beliau telah menghasilkan buku yang amat penting dalam sejarah ilmu mengkritik teks hadis iaitu Al-Manar Al-Munif fi al-Sahih wa al-Da'if.

Sesiapa yang berkemampuan membaca teks Arab, saya mencadangkan mereka membaca buku ini bersama komentar yang dibuat oleh al-Syeikh ‘Abd al-Fattah Abu Ghuddah.

Bagaimana pun, bagi yang tidak menguasainya, saya ingin memetik beberapa noktah menarik yang disebut oleh al-Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam buku tersebut bersama sedikit ulasan.

Antara yang disebut oleh Ibn Qayyim, hadis palsu itu antara cirinya mengandungi unsur mujazafah iaitu berlebih-lebihan dalam penetapan pahala dan dosa. Perkara yang kecil diletakkan hukuman yang terlalu besar, ataupun ganjaran yang terlalu besar yang tidak munasabah.

Contoh hadis palsu yang dibawa oleh Ibn Qayyim ialah:

"Sesiapa yang mengucap lailaha illa Allah; Allah ciptakan kalimah itu menjadi seekor burung yang mempunyai 70,000 lidah, setiap lidah ada 70,000 bahasa yang beristighfar kepadanya." (ms 51. Halab, Syria: Maktabah al-Matbu‘at al-Islamiyyah)



Logik

Antara ciri lain hadis palsu ialah bercanggah dengan fakta yang nyata. Banyak contoh yang disebut oleh beliau; antaranya hadis palsu: "Terung itu ubat bagi segala penyakit."

Contoh lain: "Hendak kamu memakan kacang dal kerana ia berkat dan melunakkan jantung hati. Memperbanyak air mata dan ia disucikan oleh 70 nabi." (ms 52)

Antara lain beliau menyebut hadis ciri hadis palsu itu ia kelihatan selekeh dan boleh dipersendakan.

Banyak contohnya, antara yang disebut: "Jika beras itu lelaki nescaya dia seorang yang penyantun".

Contoh lain: "Hendaklah kamu memakan garam kerana ia ubat bagi 70 penyakit."

Contoh lain: "Tiada buah delima melainkan bijinya berasal dari syurga." (ms 55)

Contoh lain: "Sesiapa yang membela ayam jantan putih, maka dia tidak akan dihampiri oleh syaitan dan sihir."

Kemudian Ibn Qayyim membuat kesimpulan tentang hadis berkaitan ayam jantan itu:

"Kesemua hadis ayam jantan adalah dusta kecuali satu hadis iaitu: Sesiapa yang mendengar kokokan ayam jantan hendaklah dia memohon kurniaan dari Allah kerana ia melihat malaikat." (riwayat Bukhari dan Muslim). (ms 56)


Dalam masyarakat melayu, terdapat juga mereka yang mempercayai kelebihan ayam jantan putih. Kepercayaan itu mungkin berasal dari hadis-hadis palsu yang seumpama ini.

Bercanggah sumber sahih


Ciri hadis palsu yang lain yang dinyatakan oleh Ibn Qayim apabila ia bercanggah dengan hadis sahih yang lain secara nyata.

Ini seperti hadis-hadis palsu yang memuji orang yang bernama Muhammad ataupun Ahmad, bahawa sesiapa bernama seperti itu tidak akan masuk neraka.

Ini bercanggah dengan prinsip ajaran Nabi SAW yang menegas bahawa neraka itu bukan dapat dielakkan dengan nama dan gelaran sebaliknya dengan iman dan amalan salih. (ms 57)

Antara ciri palsu lain ialah hadis yang menyebut Nabi Khidir masih hidup. Kesemua hadis yang membawa maksud tersebut adalah palsu dan dusta.

Kemudian al-Imam Ibn Qayyim mengemukan banyak hujah dari al-Quran dan al-Sunah yang membuktikan bahawa cerita Khidir masa hidup sehingga kini adalah dusta dan palsu. (ms 67-76)

Pelik

Contoh hadis palsu lain: "Pelangi di langit itu adalah tengkuk ular yang berada di bawah Arsy."

Juga hadis palsu: "Jangan mandi air yang terdedah kepada matahari kerana ia menyebabkan sopak." (ms 60)

Antara ciri hadis palsu ialah apabila terdapat dalamnya penetapan tarikh tertentu seperti pada tahun sekian dan sekian, pada bulan sekian dan sekian akan berlaku peristiwa itu dan ini. Ini ciri kepalsuan sesuatu hadis. Ini seperti hadis bahawa akan berlaku gerhana dalam bulan Muharram kemudian berlaku peristiwa itu dan ini. (ms 64).



Banyak hadis yang seperti ini tersebar dalam Internet lalu dipercayai oleh mereka yang dangkal akal dan pengetahuan.

Antara ciri yang lain hadis yang seakan ucapan ahli perubatan, bukan ungkapan seorang nabi. Ini seperti hadis palsu: "Memakan ikan melemahkan jasad."

Contoh lain: "Ada seseorang mengadu kepada Nabi SAW bahawa dia tiada anak. Nabi menyuruhnya memakan telur dan bawang."

Contoh lain: "Berikan isteri-isteri kamu memakan tamar semasa nifas." (ms 65).

Banyak hadis yang seperti yang kadang-kala dibaca oleh mereka yang bergelar ‘ustaz' dan 'ustazah' yang tidak meneliti ilmu hadis ini. Para peniaga suka hadis- hadis seperti itu untuk melariskan perniagaan mereka.

Banyak lagi ciri-ciri yang disebut oleh Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam karya itu. Begitu banyak hadis-hadis palsu yang beliau sertakan sebagai contoh untuk pembaca.

Tulisan saya ini sekadar memberikan kesedaran awal untuk mereka yang kurang memberikan perhatian dalam hal ini. Anda boleh rujuk juga beberapa artikel saya tentang hadis palsu sebelum ini.

Insya-Allah, selepas ini akan saya ikuti dengan beberapa coretan yang lain untuk membantu memahami isu hadis palsu ini.

sumber: malaysiakini

Thursday, December 27, 2012

BERSABARLAH KALIAN IKHWANUL MUSLIMIN....



Syeikh Omar Abdul Kafi


Dalam sebuah siaran television satelit
, Syaikh Omar Abdul Kafi, seorang ulama yang biasa memberikan ceramah agama dibeberapa television mengatakan kepada seluruh anggota Ikhwanul Muslimin dan Parti Kebebasan Keadilan supaya untuk terus bersabar dan sentiasa berjuang.

"Bersabarlah dan terus berjuang, perjuangan kalian saat ini masih jauh dari perjuangan Rasulullah Saw yang lebih berat dan lebih keras hinaannya, mereka bahkan menghina Allah Swt dan sentiasa memerangi Rasulullah Saw. Berhati-hatilah kalian Ikhwan, dalam pertempuran perjuangan kalian."

Sebuah pernyataan yang disiarkan pada saluran television Satelit sekitar 90 minit. Syaikh Omar Abdul Kafi menyatakan pernyataan tersebut atas rasa kecintaannya kepada Ikhwanul Muslimin yang merupakan kelompok Islam terbesar di Mesir dan mempunyai pandangan Wasatan (Moderat) dalam Islam, sebagaimana umat Islam di Mesir.

Menurut Syaikh Omar Abdul Kafi, Ikhwanul Muslimin telah mampu bertahan  di Mesir selama
80 tahun dibawah pemerintahan otoriter, akan tetapi ketika tiba kesempatan untuk ikut bermain dalam perpolitikan dan ikut membangun Mesir, Ikhwanul Muslimin dikhianati

dan diserang oleh beberapa pihak yang tidak menginginkan Ikhwanul Muslimin berkuasa di Mesir.

Syaikh Omar Abdul Kafi

menerangkan bahwa majoriti  masyarakat Mesir telah mendukung Ikhwanul Muslimin untuk memerintah negara dan ini merupakan kehendak rakyat Mesir yang mesti dihormati. Ikhwanul Muslimin juga telah berniat sangat baik untuk  bekerjasama dengan  beberapa fraksi yang kontra dengannya, bukan memeranginya. Namun sayang sikap Ikhwanul Muslimin ini di tentang  dan dikhianati.

Terakhir
Syaikh Omar Abdul Kafi mengatakan ,"Tampaknya bahwa asumsi Ikhwanul Muslimin yang mencuba untuk menangani dengan cara yang baik serta berusaha untuk menghargai seluruh elemen guna menjaga kehancuran Mesir selama beberapa tahun terakhir, ternyata tidak berbuah dengan baik, malah dalam politik Mesir bahwa niat baik tidak berlaku dalam dunia politik.

Seandainya Ikhwanul Muslimin ingin menguasai negara dengan cara kekerasan, tentu tidak sulit untuk melakukannya. Tetapi keindahan akhlaq Ikhwan yang sentiasa bersabar dalam berbagai cubaan merupakan buah yang menghasilkan kenikmatan perjuangan hingga akhirnya mampu langkah demi langkah mewujudkan impiannya, sebuah impian yang diinginkan oleh seluruh anggota Ikhwanul Muslimin."




http://www.suaranews.com

PELANCONG INGGERIS MASUK ISLAM...




Hidayah itu datang bila-bila  saja dan menyapa siapa saja. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diberikan oleh Allah sebuah mukjizat yang terbesar iaitu Al-Quranul Karim. Kitab suci ini dari segi aspek menyentuh kehidupan manusia dan juga dalam aspek bahasa dan sastera. Bahkan orang non Arab pun dapat merasakan keindahan Al-Qur’an.

Selasa, 25 Disember 2012, Allah menurunkan hidayah kepada seorang pelancong  warga Inggeris melalui lantunan Al-Qur’an. Wajah para jama’ah sholat masjid Al-Basatin Al-Kabir di kota Kharijah, wilayah
Wadi Jaded, Mesir, diwarnai dengan keceriaan dan kegembiraan yang sangat ketika mereka dikejutkan oleh seorang pelancong  warga Inggeris, Philip Wales, mengumandangkan keislamannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat di depan pintu masjid.

Para jama’ah spontan berdiri dan memekikkan takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar”. Mereka bangun dan membawanya ke hadapan Syaikh Ali Hasan, imam masjid, agar pelancong itu mengucapkan dua kalimat syahadat dan menuntunnya cara mengerjakan shalat.

Syaikh Ali kemudian menyuruhnya untuk mengucapkan syahadat dan ia pun segera mengucapkannya. Kemudian Syaikh Ali bertanya kepada Wales,“Apa yang membuatmu masuk Islam?” ia menjawab kerana mendengarkan lantunan/bacaan  Al-Qur’an, ia sampai masuk Islam.

 Imam kemudian menyuruhnya untuk mandi dan berwudhu. Setelah itu Syaikh Ali Hasan mengajarkan muallaf itu tata cara pelaksanaan shalat. Pria berusia 42 tahun itu sebelumnya juga meminta Syaikh Ali untuk mengulangi bacaan Al-Quran dan membuatnya semakin mantap(voa-islam)

sumber: zilzaal

Tuesday, December 25, 2012

HAKIKAT MENGUCAPKAN SALAM....


http://tausyah.wordpress.com/Assalamu 'alaikumSesungguhnya hakikat daripada mengucapkan salam “Assalamu ‘alaikum” apabila kamu menjumpai lebih dari satu orang, dan suatu majlis atau keramaian,
“Assalamu ‘alaika” apabila kamu menjumpai seorang akhi dan “Assalamu ‘alaiki” apabila kamu menjumpai seorang ukhti. Maka itulah salam sebagai identiti Islam sesama kamu kepada saudara-saudarimu yang lain, iaitu sebagai Rahmat ALLAH atas kamu sekalian mukminin dan mukminah dimuka bumi.

Sedang ALLAH Tabaraka wa Ta’ala menaungi kamu sekalian dengan keselamatan lagi Rahmat-Nya didunia maupun di negeri akhirat kelak, Assalamu ‘alaika “keselamatan bagimu” (akhi), atau Assalamu ‘alaiki “keselamatan bagimu” (ukhti) dan Assalamu ‘alaikum “Keselamatan atas kamu sekalian” (lebih dari 1 orang baik akhi maupun ukhti), kerana sesungguhnya ALLAH Tabaraka wa Ta’ala telah memberi jaminan keselamatan didunia maupun di akhirat kelak bagi seluruh muslimin dan muslimah..

ALLAH Subahana wa Ta’ala Ber-Firman :


سَلَامٌ قَوْلاً مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ

(Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Yaasiin: 058.

maka kamu ucaplah salam dan katakanlah kepada seluruh saudara-saudarimu muslimin dan muslimah bahwasanya keselamatan daripada ALLAH Tabaraka wa Ta’ala-lah baginya dan bagi seluruh mukminin dan mukminah di muka bumi sedang kamu sekalian berada didalam naungan Iman lagi Agama yang benar disisi ALLAH Tabaraka wa Ta’ala.

ALLAH Subahana wa Ta’ala Ber-Firman :

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللّهِ فَإِنَّ اللّهِ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, kerana kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Ali-’Imraan : 019.

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Ali-’Imraan : 085.



Mengucapkan Salam Apabila Bertemu Dengan Sesama Muslim

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: “Apabila seseorang di antara engkau semua bertemu saudaranya – yakni sesama Muslim, maka hendaklah mengucapkan salam padanya. Jikalau antara keduanya itu terhalang oleh sebuah pohon, dinding atau batu kemudian bertemu lagi dengan saudaranya itu, maka hendaklah bersalam pula sekali lagi.” (Riwayat Abu Dawud)

Mengucapkan salam hukumnya adalah wajib antara sesama kamu, baik apabila kamu menjumpai saudara-saudari muslimmu yang lain yang kamu kenal ataupun yang tiadalah kamu mengenalnya, baik dijalan, tempat umum dan sebagainya.Oleh kerana tiadalah yang lebih utama perkaranya, apabila seorang mukmin berjumpa dengan saudara yang seiman dengan dia maka hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiallahu ‘anhuma bahawasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: “Manakah amalan Islam yang terbaik?” Beliau menjawab: “Iaitu engkau memberikan makanan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang sudah engkau kenal dan orang yang belum engkau kenal.” (Muttafaq ‘alaih)

dan siapakah yang hendaknya terlebih dahulu mengucapkan salam itu di antara kamu apabila ia berjumpa dengan saudaranya..? maka..dialah sesiapa yang merasa hendak lebih dekat kepada ALLAH dengan sekalian Rahmat-Nya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

Dari Abu Umamah iaitu Shudai bin ‘Ajlan al-Bahili r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seutama-utama manusia dengan Allah – yakni yang lebih berhak mendekat kepada Allah – ialah orang yang memulai memberikan salam di kalangan mereka itu.”

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik. Ini juga diriwayatkan oleh Imam Termidzi dari Abu Umamah pula, demikian riwayatnya: Rasulullah s.a.w. ditanya: “Ya Rasulullah, ada dua orang yang saling bertemu muka, maka manakah di antara keduanya itu yang memulai bersalam.”
Beliau s.a.w. menjawab: “Ialah yang lebih utama di antara keduanya itu dengan Allah Ta’ala” maksudnya orang yang lebih mendekatkan dirinya kepada Allah dengan mentaatiNya, sebab yang memulai itulah yang lebih dulu berzikirnya kepada Allah. Jadi lebih berhak untuk mendekatkan diri kepadaNya.


Mengucapkan Salam Jika Ingin Bertamu Kerumah Orang Lain


Kemudian apabila kamu hendak bertamu kerumah saudara-saudari yang lain, maka hendaklah kamu mengucapkan salam dan janganlah kamu masuk kepada rumah itu sebelum salammu itu dijawab oleh sang ahli rumah.

ALLAH Subahana wa Ta’ala Ber-Firman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتاً غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. An-Nuur : 027.

لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى أَنفُسِكُمْ أَن تَأْكُلُوا مِن بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ آبَائِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ إِخْوَانِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَعْمَامِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمَّاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوَالِكُمْ أَوْ بُيُوتِ خَالَاتِكُمْ أَوْ مَا مَلَكْتُم مَّفَاتِحَهُ أَوْ صَدِيقِكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَأْكُلُوا جَمِيعاً أَوْ أَشْتَاتاً فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتاً فَسَلِّمُوا عَلَى أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُون

Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu yang laki-laki di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. An-Nuur : 061.


Para Ahli Syurgapun Mengucapkan Salam


Dinegeri keselamatan tiap-tiap muslimin dan muslimah yang beramal sholeh iaitu Syurga, tiadalah di negeri terdapat kata-kata yang tiada berfaedah antara sesama mereka. Melainkan ucapan selamat daripada ALLAH Tabaraka wa Ta’ala lagi para Malaikat – malaikat-Nya.

ALLAH Subahana wa Ta’ala Ber-Firman :

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْواً إِلَّا سَلَاماً وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيهَا بُكْرَةً وَعَشِيّاً

Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rezkinya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang. Maryam : 062.

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍسَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (sambil mengucapkan): “Salamun `alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. Ar-Ra’d : 23-24.


Pahala Bagi Yang Mangucapkan Salam

Jika mengucapkan salam adalah wajib, maka sesungguhnya segala kewajiban yang ALLAH Tabaraka wa Ta’ala dan Rasul-Nya tetapkan atas sekalian mukminin dan mukminah adalah suatu amalan ibadah bagi manusia. Sedang tiap-tiap amal ibadah kepada ALLAH Ta’ala, maka ALLAH Ta’ala telah menetapkan suatu ganjaran pahala menurut amalannya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

Dari Imran bin al-Hushain radhiallahu ‘anhuma, ia berkata : Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu ia mengucapkan: Assalamu ‘alaikum. Kemudian beliau s.a.w. membalas salam orang tadi lalu duduk terus bersabda: “Sepuluh,” maksudnya pahalanya dilipatkan sepuluh kalinya.
Selanjutnya datang pula orang lain lalu ia mengucapkan: Assalamu ‘alaikum warahmatullah. Beliau s.a.w. lalu membalas salamnya orang itu, lalu duduk lagi: “Dua puluh,” maksudnya pahalanya dilipatkan dua puluh kali. Seterusnya ada pula orang lain yang datang, lalu mengucapkan: Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Kemudian beliau s.a.w. membalas salam orang tersebut, lalu duduk terus bersabda: “Tiga puluh,” maksudnya pahalanya dilipatkan tiga puluh kali.

Jazzakumullahi Khoiraan Katsiraa..

sumber: tausyah.wordpress.com

Sunday, December 23, 2012

PENIAGA: ANTARA SYURGA DAN NERAKA...

Dr. Mohd Asri Zainul Abidin



Melihat muslim menjadi peniaga terutama dalam negara ini amat menggembirakan. Betapa kita ingin agar kekuatan ekonomi umat Islam ini berkembang. Sejak dahulu, saya berkempen agar muslim membantu perniagaan muslim. Membeli dan menghulurkan sokongan agar mereka berjaya.
Ekonomi adalah satu kekuatan yang boleh menentukan perjalanan sesebuah masyarakat. Sementara kelemahan ekonomi pula mendedahkan sesebuah masyarakat kepada penghinaan dan percaturan pihak lain. Secara kolektif, disebabkan kita majoriti kita memiliki ‘purchasing power’ yang tinggi. Lihat saja, apabila umat Islam di negara ini ingin memboikot produk pro-zionis, syarikat-syarikat berkaitan mula gelisah dan cuba mencari pelbagai pendekatan menawan semula perasaan kita.

Jika kita tolong-menolong membantu perniagaan saudara kita, kita melaksanakan apa yang Nabi s.a.w sabda:


“Bandingan seorang mukmin dengan seorang mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, kuat-menguatkan antara satu sama lain”. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Sifat Peniaga Muslim

Apabila muslim berniaga, dia sepatutnya membawa nilai-nilai mulia yang diajar oleh Islam semasa mengendalikan perniagaannya. Peniaga yang baik dan jujur mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah pada hari Kiamat kelak. Betapa banyaknya pengorbanan dan kesungguhan diperlukan untuk menjadi peniaga yang jujur sehingga Nabi s.a.w bersabda:


“Peniaga yang benar dan amanah bersama dengan para nabi, siddiqin dan golongan mati syahid” (Riwayat al-TIrmizi, bertaraf ‘hasan’).

Hadis ini menggalakkan muslim berniaga tetapi hendaklah bersifat jujur dan amanah. Perniagaan di samping ia sumber rezeki, ia juga boleh menjadi sumber pahala yang membawa seseorang ke syurga dan darjat yang mulia.

Peniaga yang jujur lagi amanah pasti tidak akan terlibat dengan perkara-perkara yang haram, menipu, memungkiri apa yang dijanjikan, mengelirukan pembeli, memutar belit dalam urusan dan segala sifat-sifat yang buruk dan keji. Urusan perniagaan penuh kehormatan. Maka layaklah dia bersama dengan para nabi, siddiqin dan syuhada. Dalam konteks seperti Malaysia, dia boleh memberikan mesej yang baik tentang kemuliaan ajaran Islam kepada pihak lain.



Penipuan dan Khianat

Dalam masa yang sama, peniaga juga terdedah untuk menjadi pendusta dan pengkhianat jika dia tidak berakhlak. Menipu apa yang diberitahu kepada pembelinya dan mengkhianati mereka dalam keadaan mereka tidak sangka.



Dalam skala besar, ahli-ahli perniagaan yang mendapat projek-projek mega yang diwujudkan untuk kepentingan negara dan awam bukan sedikit yang menipu dalam pelbagai cara; kos, kualiti, pengurusan dan lain-lain. Ini sehingga negara dan rakyat terpaksa menanggung kos yang tinggi ataupun kualiti hasil kerja yang rendah, ataupun kedua-duanya sekali.
Penipuan harta awam dan kezaliman mereka mengakibatkan rakyat terpaksa menerima hasil yang tidak sepatutnya seperti jambatan, bangunan yang rosak dan bahaya. Dosa mereka ini terlalu besar. Tidak boleh dipadamkan dengan sekadar menderma untuk binaan masjid dan surau. Nabi s.a.w bersabda:


“Sesungguhnya para peniaga dibangkitkan pada hari Kiamat sebagai orang jahat kecuali mereka yang bertaqwa, berbuat kebaikan dan benar”
(Riwayat al-Tirmizi, al-Hakim dalam al-Mustadrak dll. Al-Hakim menyatakan sanadnya sahih. Ia dipersetujui oleh al-Zahabi)

Banyak contoh lain yang boleh kita sebut. Di Malaysia umpamanya, ramai orang melayu muslim menjual pelbagai ‘ubatan’, makanan tambahan dan seumpamanya. Pelbagai dakwaan yang sebahagiannya tidak terbukti benar tapi diwujudkan bagi menarik perhatian pembeli. Bahkan ada yang menggunakan nama Allah dan RasulNYA dalam melariskan jualan. Pelbagai firman dan sabda dikaitkan. Dusta atas dusta. Khianat atas khianat.

Perniagaan Makanan

Ramai muslim yang mengusahakan perniagaan makanan terutama kedai ataupun gerai makanan. Para pembeli hanya melihat makanan yang sudah siap, tetapi mereka tidak nampak bagaimanakah makanan itu disediakan. Ada pengusaha yang tidak mengambil berat soal kebersihan. Proses makanan itu disediakan jika dilihat sendiri oleh pelanggan tentu mereka tidak sanggup makan. Mereka tertipu dengan apa yang telah terhidang. Mereka tidak tahu mereka mungkin telah menelan makanan yang kotor, ataupun adanya bahan yang bahaya untuk kesihatan mereka.



Peniaga yang seperti ini merupakan penipu dan pengkhianat yang setiap hari perniagaannya menzalimi dan mengkhianati orang lain. Mereka terus berdosa dengan pelanggan mereka. Malangnya, kadang-kala mereka terlupa bahawa setiap hari mereka menambahkan dosa mereka dengan manusia lain yang itu semua akan dibawa ke hadapan Allah nanti. Mungkin juga dibalas di dunia ini, jika Allah kehendaki. Nabi s.a.w tidak menerima peniaga seperti ini sebagai pengikut baginda.

Suatu ketika, Rasulullah s.a.w melintasi satu bekas makanan (untuk dijual), lalu baginda memasukkan tangannya ke dalamnya. Tangan baginda menjadi basah. Baginda pun bersabda:


“Apakah ini wahai empunya makanan (peniaga)?. Dia menjawab: “Terkena hujan, wahai Rasulullah!”. Baginda bersabda: “Mengapa engkau tidak jadikan bahagian yang basah itu di atas makanan supaya orang boleh nampak?! Sesiapa yang menipu, dia bukan dari pengikutku” (Riwayat Muslim).

Dosa


Peniaga yang menipu mata pembeli dengan ucapan, tulisan ataupun hiasan yang menawan sehingga pelanggan tertipu, akan menanggung dosa yang besar. Lebih buruk lagi, ramai peniaga kedai makanan yang meletakkan ayat al-Quran di dinding-dinding kedai mereka, bukan kerana ingin menghayatinya tetapi sekadar untuk menarik perhatian pelanggan. Padahal amalan perniagaan mereka tidak seiras dengan ajaran al-Quran. Mereka menzalimi pelanggan mereka yang datang dan mempercayai mereka. Mereka pula menyedia makanan yang tidak tergamak dimakan jika pelanggan mengetahui hakikatnya. Sedangkan al-Quran menegaskan: (maksudnya)


“dan orang-orang yang menyakiti lelaki-lelaki yang beriman dan perempuan-perempuan yang beriman tanpa kesalahan yang dilakukannya, maka sesungguhnya mereka telah memikul dosa menuduh secara dusta, dan berbuat dosa yang amat nyata”. (Surah al-Ahzab, 58)

Jual beli yang mempunyai penipuan dan kezaliman adalah haram. Wang yang diperolehi juga adalah haram, walaupun dari segi undang-undang kelihatan macam halal. Sabda Nabi s.a.w:


“Muslim saudara muslim. Tidak halal seorang muslim menjual kepada saudaranya suatu jual yang ada kecacatan tanpa diterangkan” (Riwayat Ahmad, Ibn Majah dll. Al-Hakim menyatakan sahih dan disetujui oleh al-Zahabi).

Kita berbangga melihat muslim berniaga. Namun para peniaga muslim hendaklah beretika dalam perniagaan mereka selaras dengan ajaran Allah dan RasulNYA. Peniagaan satu punca pendapatan yang halal. Jika dikendalikan dengan jujur membawa ke syurga. Jika dikendalikan dengan tipuan dan khianat membawa ke neraka.

sumber: Minda Tajdid