Wednesday, June 12, 2013

PENGAKUAN SYEIKH AL QARADHAWI: IRAN MENIPU SAYA







Oleh: Abdulrahman Al-Rashed

Ucapan koreksi dari ulama besar Sunni, Syeikh Yusuf Al-Qaradhawi merupakan sebuah perkembangan penting. Minggu lalu, Syeikh Al-Qaradhawi berdiri dan berkata, “Selama bertahun-tahun saya menyerukan agar doktrin-doktrin Islam dapat  bersatu. Saya pergi ke Iran se masa pemerintahan mantan Presiden Iran, Mohammad Khatami. Namun mereka ternyata menipu saya dan banyak orang lainnya seperti saya. Mereka selalu mengatakan bahwa mereka juga ingin menyatukan doktrin-doktrin yang berbeda.”

Syeikh Al-Qaradhawi mengakui kesalahannya dengan mengatakan, “Saya dulu membela Hasan Nasrallah (pemimpin Hizbullah) dan partinya, parti tirani di depan para ulama Arab Saudi. Tampaknya para ulama Arab Saudi ini lebih dewasa dibandingkan saya.”




Akui Kesalahan

Pengakuan publik dan jujur Qaradawi adalah momentum penting. Ia mengakui dirinya keliru atas semua yang pernah difikirkannya dan membela Hizbullah serta mengkritik orang lain. Syeikh Al-Qaradhawi berpendapat  perjuangan yang telah berlangsung selama 20 tahun terakhir ini didasarkan pada konsep membangun sebuah pemerintahan Islam, parti dan tokoh. Rencana ini dibangun di atas kebohongan besar dan mitos.

Keberanian Syeikh Qaradhawi
ini layak dihormati  kera
na ia mungkin hanya satu-satunya orang yang mengakui kesalahannya. Padahal dia boleh  saja membenarkan sikapnya, namun ia memilih untuk berbicara di depan para pengikutnya dan mengakui kesalahannya.

Syeikh Qaradhawi sebenarnya tidak salah ketika menyerukan penyatuan semua doktrin Islam juga ketika ia berseru tentang kerja sama Islam. Ini merupakan idea yang mulia. Kesalahannya ada pada pemahaman politiknya berhubung  rencana design di Teheran, Beirut dan Damaskus.

Rencana Khomeini Teheran adalah sebuah projek yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Itu adalah skema Iran untuk mendominasi wilayah tersebut. Skema tersebut didasarkan pada kebohongan atas revolusi Islam dan merupakan satu-satunya cara untuk menyatu dengan jutaan umat Muslim di seluruh dunia. Ini adalah cara mereka untuk memperluas wilayah geografi dan mendapatkan pengaruh.

Sejarah Qaradhawi

Kami sudah melewati pertempuran dialektika dengan semua sekutu Iran, Hizbullah dan rejim Syria. Kami berjuang melawan para intelektual dan pengkhutbah mereka kerana kami memahami maksud dari rejim ini, tujuannya dan segala aktiviti mereka.

Kami tahu sebagian besar orang yang mengikuti kelompok jahat ini telah ditipu. Syeikh Al-Qaradhawi sendiri sempat menyakini ilusi-ilusi mereka, seperti halnya banyak ulama lain yang terlibat dalam politik yang memiliki antusiasme besar tapi hanya sedikit mempunyai pemahaman politik.

Syeikh Qaradhawi meninggalkan Mesir lalu pergi ke Qatar sebagai bentuk protesnya atas sikap mantan Presiden Mesir Anwar al-Sadat yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan ‘Israel’. Iran adalah sebuah tempat berlabuh bagi orang-orang yang marah dan sangat berantusias mengubah dunia Islam.

Orang-orang yang frustrasi dan merasa terkesan kemudian banyak menulis buku yang memuliakan revolusi Iran. Mereka menyampaikan pidato berisi pujian terhadap pemimpin Iran meskipun politik kotor Iran sudah banyak diketahui sejak Abu al-Hassan Bani Sadr—presiden Iran terpilih pertama yang dekat dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Khomeini, melarikan diri.

Rejim baru Iran kemudian mengejar teman2 revolusi mereka dan membunuh banyak dari mereka. Setelah semua ini, bagaimana boleh orang percaya bahwa rejim yang membunuh rakyatnya sendiri di Teheran dapat  benar-benar memimpin mereka, membebaskan Palestin dan mengakhiri rejim tirani?

Tidak benar kalau Iran dianggap sebagai misteri yang belum terungkap. Sejak awal Iran adalah sebuah rejim mazhab  yang jelek. Ketika Salam Rushdie menulis bukunya yang berjudul “The Satanic Verses”, Iran melancarkan sebuah kempen  melawan Inggeris dan mengutuknya dalam sebuah konferensi Islam di Jeddah.

Paradoksnya adalah pewakilan Palestin yang mengetahui kebohongan rejim Khomeini merespons permintaan Iran tersebut dengan mengatakan bahawa  Inggris bukanlah negara Muslim. Delegasi Iran marah mendengarnya lalu meninggalkan ruangan.

Sayangnya, masih ada rakan Syeikh Qaradhawi yang tertipu, yang masih mendukung Iran. Apakah tidak ada salah satu dari mereka yang berfikir dan membayangkan bagaimana nasib dunia ini di bawah kepemimpinan orang-orang seperti Khomeini atau Qassem Suleimani atau Hassan Nasrallah?

Satu hal yang pasti adalah, suatu hari nanti Iran akan bersekutu dengan Amerika—syaitan yang paling besar, bekerja sama dengan ‘Israel’ dan memaksakan semua rencana-rencananya.*

Penulis adalah general manager stesen  television  Al Arabiya, wartawan senior. Artikel diambil Al Arabiya|Sahabat Al-Aqsha


sumber:  http://muslimina.blogspot.com/2013/06/pengakuan-syeikh-al-qaradhawi-iran.html

No comments:

Post a Comment